Mewah dengan 168 Mahkota Emas

Melihat Masjid Kubah Emas, Masjid Mewah Penuh Balutan Emas

Liputan6.com 2021-06-11 19:15:24
Balutan emas itu juga berlanjut pada pagar di lantai dua serta pada hiasan kaligrafi pada langit-langit masjid. Masjid ini diklaim mampu menampung lebih dari 8.000 jemaah.

Pernahkah terbayang di benak Anda bahwa di kawasan Depok, Jawa Barat terdapat masjid termegah di Asia Tenggara? Masjid Kubah Emas, atau Masjid Dian Al Mahri disebut sebagai masjid yang paling megah di kawasan Asia Tenggara.

Balutan emas di setiap kubahnya, arsitekturnya yang indah, serta ukuran area yang sangat luas, membuat Masjid Kubah Emas memang jauh dari kesan sederhana. Masjid yang sekilas mirip Taj Mahal di India ini dilengkapi dengan 5 yang masing-masing dilapisi emas setebal 2 hingga 3 milimeter dan mozaik kristal.

Balutan emas murni tak hanya ada di kubahnya. Memasuki area dalam masjid, tepatnya di atas mihrab, terdapat relief yang terbuat dari emas 18 karat.

Balutan emas itu juga berlanjut pada pagar di lantai dua serta pada hiasan kaligrafi pada langit-langit masjid. Masjid ini diklaim mampu menampung lebih dari 8.000 jemaah.

Menambah kesan megah pada bagian interior, masjid ini diberi sentuhan pilar-pilar menjulang tinggi. Secara keseluruhan, ruang dalam masjid didominasi warna monokrom dengan memadukan warna krem.

Kesan megahnya tak berhenti di situ, masjid ini juga menghadirkan marmer yang didatangkan langsung dari Italia dan Turki. Pada bagian tengah ruang utama masjid, terdapat lampu berlapis emas dengan berat 2,7 ton yang dikerjakan oleh ahli dari Italia.

Masjid ini berdiri di kawasan yang luas. Suasana taman yang asri segera memanjakan pengunjung saat memasuki pintu gerbang kawasan Masjid Kubah Emas ini. Suasana ini tentu menyedot banyak pengunjung untuk bersantai dan melihat kemegahan masjid yang penuh kesan mewah ini.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

99 Kubah Karya Ridwan Kamil

Menikmati Kemegahan Masjid 99 Kubah, Desain Apik Ridwan Kamil di Titik Tengah Indonesia

Liputan6.com 2021-06-11 18:00:32
Masjid 99 kubah dibagi menjadi tiga area, yaitu ruang shalat utama dengan kapasitas 3.880 jemaah. Ruang mezzanine dengan kapasitas 1.005 jemaah, dan area pelataran suci yang dapat menampung s

Pantai Losari, berlokasi di tepi barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan tak henti jadi primadona warga untuk menikmati sepoi angin laut sembari menikmati keindahan alam. Mengunjungi tempat itu tak lengkap rasanya bila tak singgah di Masjid 99 Kubah.

Masjid 99 Kubah ini punya pesona tersendiri. Sesuai namanya, masjid berukuran 72 x 45 meter itu mempunyai 99 kubah yang bakal menyita perhatian mata setiap pengunjung. Masjid itu mampu menampung 13.075 jemaah.

Masjid 99 Kubah dibagi menjadi tiga area, yaitu ruang salat utama dengan kapasitas 3.880 jemaah. Ruang mezzanine dengan kapasitas 1.005 jemaah, dan area pelataran suci yang dapat menampung sekitar 8.190 jemaah.

Mengenai jumlah kubah yang cukup banyak itu, konon merujuk pada 99 nama Allah atau Asmaul Husna. Diketahui, Asmaul Husna ini merupakan nama-nama yang mencerminkan sifat-sifat Allah.

Masjid 99 Kubah dibangun di atas lahan uruk alias reklamasi. Nama kawasannya Centre Poin of Indonesia (CPI), sebuah tempat yang diklaim sebagai titik tengah Indonesia.

Masjid ini didesain oleh Ridwan Kamil. Proses pembangunannya dimulai pada Kamis, 1 Juni 2017 silam yang ditandai dengan suara sirene yang dibunyikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan saat itu, Syahrul Yasin Limpo.

Masjid ini dibangun menggunakan dengan dana sebesar Rp160 miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi setempat.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Hadiah Raja Brawijaya untuk Sunan Ampel

Masjid Paneleh Surabaya, Hadiah dari Raja Brawijaya untuk Sunan Ampel

Liputan6.com 2021-06-11 19:01:08
Masjid Paneleh merupakan masjid pertama di Surabaya. Dibangun oleh Sunan Ampel sebagai tempat pertama menyebarkan dakwah secara sistematis di wilayah timur Pulau Jawa.

Masjid Paneleh adalah masjid tertua di Surabaya. Tempat ibadah umat Islam ini menyimpan sejarah perjalanan panjang dakwah Sunan Ampel di Tanah Jawa. Kumandang azan dan lantunan kitab suci Alquran terus terdengar darinya.

Masjid Paneleh memang tertua di Surabaya. Ia merupakan tempat ibadah umat Islam yang dibangun Sunan Ampel bahkan sebelumnya dirinya mendirikan masjid yang kini kita kenal dengan sebutan Masjid Sunan Ampel.

Dibangun pada 1421, masjid tua ini juga menandakan kedekatan sang sunan dengan Raja Majapahit Brawijaya V. Konon, tanah di mana masjid itu berdiri merupakan pemberian langsung dari sang raja.

"Bangunan tempat ibadah agama Islam ini didirikan oleh Raden Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel di abad ke 18 sekitar, 1430 Masehi. Cikal-bakal bangunan ini adalah dari mendapatkan tanah perdikan dari Raja Majapahit Brawijaya lima," tutur Ketua Takmir Masjid Peneleh Mohammad Sufyan saat ditemui Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Menurut Sufyan, kata paneleh berasal dari kata pinilih yang berarti terpilih. Maksudnya, masjid tersebut berada di atas tanah yang terpilih. Keterpilihan tempat tersebut tentu sudah diperhitungkan dengan matang oleh Sang Waliyullah yang mampu melihat dunia lebih jernih.

Lokasi Masjid Paneleh memang bukan tempat biasa. Sufyan menuturkan, bahwa saat itu lokasi Paneleh dihuni komunitas muslim yang terpinggirkan. Di sisi lain, Paneleh juga merupakan tempat nyaman bagi penganut animisme.

Dengan kedatangan Sunan Ampel di lokasi baru itu, diharapkan mampu mengubah kebiasaan buruk warga sekitar, agar mengubah haluan ke jalan yang benar.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Tetap Tegak Meski Diterjang Tsunami Dahsyat

Kisah Masjid Baiturrahman, Bertahan di Tengah Terjangan Tsunami Aceh

Liputan6.com 2021-06-11 18:59:50
Masjid Baiturrahman Aceh pernah diterjang tsunami pada 2004, namun kegagahannya masih tetap kokoh hingga saat ini

Bila sempat berkunjung ke Aceh, jangan heran bila pada hari Jumat, toko-toko akan tutup sementara di siang bolong. Tak hanya pertokoan, bahkan perkantoran juga akan tutup. Itu karena mereka akan segera bergegas menjalankan salat Jumat berjamaah di masjid.

Suasana seperti itu menjadi pemandangan lumrah di hampir seluruh sudut Aceh. Maklum, kota berjuluk Serambi Mekkah ini sudah punya tradisi yang unik sejak zaman dulu. Budaya Islam yang sejak dulu sudah ada di wilayah ini cukup memberi pengaruh pada kehidupan sehari-hari warga setempat.

Salah satu bukti kemegahan budaya Islam di Aceh adalah berdirinya Masjid Raya Baiturrahman. Masjid yang juga merupakan monumen Tsunami Aceh 2004 silam ini tetap berdiri kokoh walau bangunan di sekitarnya rata dengan tanah akibat bencana yang melanda 17 tahun silam.

Masjid Baiturrahman menjadi titik penting bertemunya umat Islam di Aceh. Banyak kegiatan-kegiatan penting yang telah terselenggara di tempat ini. Masjid ini selesai dibangun pada 1881. Sejak berdirinya, masjid itu telah beberapa kali mengalami pemugaran.

Masjid itu kini sudah dilengkapi dengan payung raksasa yang nangkring di pelataran masjid dengan diameter 12 meter. Selain itu, masjid ini juga sudah dilengkapi dengan menera yang menjulang cukup tinggi dan menambah kesan megah pada masjid itu.

Menara itu tingginya 84 meter. Sementara di sisi depan masjid, terdapat lima kubah berwarna hitam. Keberadaan kubah ini menambah kesan arsitektur Islam yang sejak dulu memang terkenal bangunan kubah yang megah.

Meski begitu, arsitektur Masjid Baiturrahman masih tetap terjaga. Bangunan intinya masih tetap terjaga bahkan setelah diterjang tsunami.

Bila sore hari tiba, banyak pengunjung yang bersantai-santai di pelataran masjid. Menikmati udara sore sambil menanti waktu Magrib tiba. Anak-anak terlihat lalu-lalang di depan masjid, bersuka ria, sambil bersua foto.

Masjid Baiturrahman ini sangat istimewa, dan termasuk dalam jajaran masjid yang wajib dikunjungi bila sempat mampir di provinsi paling barat Indonesia ini.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Sejarah Nabi di Masjid Terapung

Masjid Al-Jabbar Bandung, Mengapung di Danau Gedebage

Liputan6.com 2021-06-11 19:03:23
Pemandangan Masjid Al-Jabbar Bandung yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Terapung Gedebage

Ada benda berukuran besar mengapung di Danau Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat. Mendekatlah, Anda akan segera menyadari bahwa benda itu adalah sebuah masjid. Masjid yang menjadi ikon baru kota berjuluk kembang itu.

Bangunan yang berada di danau Gedebage, kelurahan Cimenerang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung ini bernama Masjid Agung Al-Jabbar. Nama Al-Jabbar diambil dari salah satu sifat Allah dalam 99 sifat-Nya yang mulia. Nama ini mempunyai arti Maha Kuasa dan Maha Gagah.

Masjid Al-Jabbar pertama kali dibangun pada 29 Desember 2017. Ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, yaitu Ahmad Heryawan dan wakilnya, Deddy Mizwar.

Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Terapung Gedebage ini dibangun menggunakan Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah (APBD) Jawa Barat 2017. Dana yang dihabiskan diperkirakan sebesar Rp600 miliar hingga Rp1 triliun.

Masjid Terapung Gedebage ini mampu menampung 60 ribu jemaah. Tak hanya digunakan sebagai tempat ibadah formal seperti salat lima waktu, masjid ini juga dilengkapi sejumlah fasilitas lain untuk menunjang ibadah umat Islam.

Di antaranya ada Museum Asmaul Husna, Museum Nabi Muhammad SAW, Museum Sejarah Islam Indonesia dan Museum Sejarah Islam Jawa Barat. Selain itu, di area masjid ini juga akan dilengkapi dengan fasilitas manasik haji.

Nah, untuk menambah kelengkapan fasilitas, masjid ini juga akan diperkaya dengan tempat penginapan, perpustakaan, ruang pertemuan yang juga bisa digunakan sebagai tempat seminar-seminar, khususnya seminar keagamaan.

Masjid Al-Jabbar cukup mudah diakses dari sejumlah arah. Karena, akan terintegrasi dengan sarana transportasi yang mudah dijangkau masyarakat. Salah satu moda transportasi yang paling dekat adalah Stasiun Cimekar.

Bahkan, rencananya, masjid ini akan langsung terintegrasi dengan kereta cepat Jakarta-Bandung dan juga akan dibangun stasiun LRT Kota Bandung. Nah, untuk itu, bila pembangunan masjid ini sudah benar-benar rampung, maka Anda tak perlu ragu untuk datang ke masjid yang seolah mengapung ini.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Garuda Pancasila di Dinding Masjid NKRI

Bendera Merah Putih dan Garuda Pancasila di Dinding Masjid Jami Betawi Al Karomah

Liputan6.com 2021-06-11 12:18:09
Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Masjid Jami Betawi Al Karomah yang juga dikenal dengan Masjid NKRI ini tak seperti masjid pada umumnya. Hampir seluruh bangunannya dibalut dengan batu alam. Batu-batu itu menyusun di setiap sudut bangunnya.

Umumnya, mimbar sebuah masjid terbuat dari kayu. Namun itu tidak berlaku pada masjid ini, mimbar masjidnya juga terbuat dari susunan batu alam.

Masjid Jami Betawi Al Karomah berada di Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Masjid ini berada di tengah perkampungan yang cukup padat, namun pesona dan keunikannya membuatnya layak dikunjungi.

Saat memasuki area dalam, pengunjung akan disuguhkan penampakan yang juga unik. Tonjolan batu-batu alam yang tampak alami terpampang di hadapan Anda. Lengkap dengan sebuah prasasti mirip kaligrafi lafazh Allah SWT.

Selain lafazh-lafazh Allah dan kalimat-kalimat berbahasa Arab, masjid ini juga dipenuhi dengan sejumlah prasasti berkaitan dengan kemerdekaan dan keindonesiaan. Tak heran bila masjid ini juga dikenal dengan sebutan masjid NKRI.

"Saya tidak mau bangsa ini pecah," itu salah satu kalimat yang tertera dalam prasasti. "Semua organisasi apapun yang tidak menyetujui lambang Garuda Pancasila dan kedaulatan Republik Indonesia, hengkang dari bumi pertiwi. Keluar jauh-jauh dari Indonesia."

Konon, Masjid Jami Betawi Al Karomah yang terletak di Kampung Pahlawan Setia itu punya sejarah khusus yang berkaitan dengan perjuangan melawan penjajah, yakni pertempuran melawan KNIL pada 1947. Kala itu, Belanda berusaha kembali menduduki Indonesia yang masih belia.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Misteri 300 Tahun yang Belum Terungkap

Masjid Jami Al-Alam Cilincing, Saksi Bisu Sejarah Islam di Tanah Betawi.

Liputan6.com 2021-06-11 19:02:57
Seorang sedang berada di atas masjid Jami Al-Alam Cilincing. Masjid ini tidak diketahui secara pasti kapan berdiri.

Masjid Jami Al-Alam tidak terlalu besar. Namun sejarah dan keunikan tak lekam zaman. Hingga kini, masyarakat terus melestarikan masjid yang berada di tepi Pantai Marunda, Cilincing, Jawa Utara ini.

Tak ada yang tahu pasti siapa yang mendirikan Masjid Jami Al-Alam ini. Konon, masjid ini sudah berdiri sejak Abad ke-17. Masjid yang sudah berusia ratusan tahun ini menjadi saksi bisu sejarah panjang perjalanan umat Islam di tanah Betawi.

Tak banyak masjid berukuran kecil yang mampu bertahan di tengah cepatnya laju pembangunan ibu kota. Namun masjid ini tetap terjaga, lestari dan terus menjadi wahana bagi jemaah mencari berkah dari sang kuasa.

Masjid ini memang tak seperti masjid Istiqlal yang sohor karena kemegahannya, ramai karena lokasinya yang strategis. Masjid Al-Alam ini justru sebaliknya, bangunannya yang sederhana dan lokasinya yang terbilang jauh dari pusat kota, malah menjadi daya tarik tersendiri untuk mengunjunginya.

Masjid mungil namun cukup nyaman ini bahkan konon disebut sebagai yang tertua di Jakarta. Meski demikian, belum ada bukti sejarah yang mampu membuktikannya. Bahkan warga sekitar pun tak tahu pasti kapan masjid ini berdiri.

Masuk ke area dalam Masjid Jami Al-Alam, terdapat pilar berwarna putih yang menyangga masjid ini. Pilar itu berjumlah empat. Di area dalam juga terdapat sebuah makam kuno yang kabarnya sudah ada sejak dua ratus tahun lalu.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Ini Masjid, Bukan Rumah Gadang

Masjid Raya Sumatera Barat, Masjid Tanpa Kubah yang Tahan Gempa

Liputan6.com 2021-06-11 14:22:26
Masjid Raya Sumatera Barat didesain khusus sehingga bisa tahan terhadap gunjangan gempa bumi

Tak semua masjid dinaungi kubah. Seperti halnya Masjid Raya Sumatera Barat yang terletak di Kota Padang. Rumah ibadah itu berbentuk persegi, dengan atap yang meruncing di empat sudutnya.

Bentuknya mirip atap bergonjong pada rumah adat Minangkau. Versi lain menyebut, bentuk itu terinspirasi pada bentangan kain ketika empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berbagi kehormatan memindahkan batu Hajar Aswad.

bacajuga:Baca Juga](4577965 4577967 4577974)

Sekilas, melihat arsitekturnya, kita bisa terkecoh dengan Rumah Gadang. Namun, bila melihatnya lebih dekat, atau bahkan masuk ke dalamnya, maka akan terlihat jelas bahwa bangunan ini adalah rumah ibadah bagi umat Islam alias masjid.

Konstruksi masjid terdiri dari tiga lantai. Ruang utama yang dipergunakan sebagai ruang salat terletak di lantai atas.

Selain keunikan itu, masjid ini juga punya ciri khas lain yang tak kalah menarik disimak. Masjid ini didesain khusus agar tak roboh saat ada gempa bumi. Konstruksi ini menguntungkan karena bisa tahan guncangan.


Tahan Gempa

Diketahui, Provinsi Sumatera Barat pernah diterjang gempa dengan kekuatan 7,6 Skala Richter pada 2009 silam. Gempa yang sempat menggetarkan wilayah itu menjadi pelajaran berarti bagi perancang masjid ini.

Bangunan utama Masjid Raya Sumatra Barat memiliki denah dasar seluas 4.430 meter persegi. Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis Sumatra Barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar. Masjid ini ditopang oleh 631 tiang pancang dengan fondasi poer berdiameter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Dengan kondisi topografi yang masih dalam keadaan rawa, kedalaman setiap fondasi tidak dipatok karena menyesuaikan titik jenuh tanah.

Rancang bangunan yang tahan gempa pada Masjid Raya Sumatera Barat ini tentu menambah kenyamanan beribadah. Sehingga saat beribadah, para jemaah tak perlu khawatir dan lebih khusuk dalam beribadah.

Masjid ini cocok sebagai destinasi wisata religi bila berkunjung ke kota yang juga menyediakan masakan paling terkenal bahkan hingga ke mancanegera, masakan tersebut tak lain adalah rendang.

Berkunjung ke Kota Padang memang tak lengkap bila melewatkan masakan-masakan khasnya. Selain rendang yang menggoda itu, masih ada banyak deretan menu lain yang siap memanjakan lidah Anda saat mengunjungi masjid dengan arsitektur untuk ini.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Terbesar Sebelum Istiqlal

Masjid Agung Al-Azhar, Sempat Jadi Terbesar di Jakarta Sebelum Istiqlal

Liputan6.com 2021-06-11 19:01:20
Penamaan Al-Azhar pada masjid ini terinspirasi dari Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Syekh Mahmud Syaltut yang saat itu berkunjung ke Indonesia.

Apabila Anda melihat sebuah kubah besar berwarna putih di sisi jalan saat menuju ke Jalan Sudirman Jakarta, dan kubah tersebut berbentuk bawang, bisa dipastikan itu adalah kubahnya Masjid Agung Al-Azhar.

Masjid Agung Al-Azhar berada di kompleks sekolah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Masjid bercorak arsitektur Timur Tengah ini sempat menyabet masjid terbesar di Jakarta sebelum Masjid Istiqlal berdiri.

Masjid ini mulai dibangun pada 19 November 1953 dan rampung pada 1958. Gagasan pembangunannya diprakarsai oleh 14 tokoh Partai Masyumi. Masjid ini di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam. Yayasan ini juga menaungi sekolah Al-Azhar yang berada di dalam satu kompleks.

Penamaan Al-Azhar pada masjid ini terinspirasi dari Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Syekh Mahmud Syaltut yang saat itu berkunjung ke Indonesia. Dirinya mengusulkan agar masjid ini dinamakan Al-Azhar.

Nama tersebut diberikan sebagai bentuk pengakuan atas peran dan ketokohan Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan Hamka. Hamka dinilai mampu membawa Masjid Al-Azhar sebagai pusat dakwah dan kebangkitan muslim di Indonesia.

Masjid Al-Azhar memang menjadi pusat Islam yang berkembang pesat di Indonesia. Tak hanya menjadi tempat beribadah, masjid ini juga menjadi pusat kegiatan sosial dan keislaman.

Masjid ini juga tercatat sebagai masjid dengan predikat modern pertama di tanah air. Pasalnya, masjid ini dilengkapi sejumlah fasilitas publik untuk menunjang gerakan dakwah seperti perpustakaan, ruang kuliah, ruang kelas, lengkap dengan asrama serta klinik kesehatan.

Seiring waktu, Masjid Agung Al-Azhar menjelma menjadi sebuah lembaga penting yang menaungi gerakan keilmuan Islam di Indonesia. Bahkan telah menjadi sebuah Universitas Al-Azhar Indonesia yang keberadaan memberi warna baru di belantika pendidikan Islam Indonesia.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Mualaf Tionghoa Bangun Masjid

Masjid Babah Alun Desari, Destinasi Wisata Religi Bernuansa Tiongkok

Liputan6.com 2021-06-11 19:00:13
Pengunjung datang ke Masjid Babah Alun Desar ini umumnya karena tertarik melihat bentuknya yang unik.

Bila Anda melintas dari Jakarta menuju Depok via Tol Depok-Antasari, di sisi kiri akan terlihat jelas sebuah masjid dengan bentuk yang cukup menyita perhatian. Masjid dengan corak arsitektur Tiongkok ini bernama Masjid Babah Alun Desari.

Masjid Babah Alun Desari masuk ke dalam wilayah administrasi Jakarta Selatan, tepatnya di Kecamatan Cilandak. Lokasinya yang tepat di bibir jalan, membuat masjid ini kerap dijadikan tempat beristirahat bagi pengendara.

Pengunjung datang ke Masjid Babah Alun Desar ini umumnya karena tertarik melihat bentuknya yang unik. Daya tarik itu yang membuat masjid ini selalu ramai disinggahi, khususnya pada hari Jumat. Sekalian beristirahat sambil menunaikan ibadah salat Jumat.

Sebagai daya tarik yang punya corak religi, masjid ini terbilang berusia cukup muda. Baru diresmikan pada Agustus 2020, bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah. Masjid ini dibangun oleh Muhammad Jusuf Hamka, seorang pengusaha pemilik Tol Desar.

Masjid dengan warna mencolok ini memang dibangun untuk menjadi tempat atraksi religi baru di kawasan Jakarta Selatan.

Masjid Babah Alun Desari dibangun di atas lahan seluas 450 meter persegi. Area yang cukup luas itu menampung tiga bangunan utama, yaitu bangunan masjid, pojok halal dan gedung serbaguna.

Pojok halal ini merupakan minimarket yang menyediakan produk-produk halal seperti makanan dan minuman. Dengan harga terjangkau, jangan khawatir untuk datang ke tempat ini. Anda bisa santai-santai sambil jajan di tempat yang terjamin kehalalannya.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Bangun Masjid Atas Nama Cinta

Masjid Ramlie Musofa, Terinspirasi Taj Mahal di India

Liputan6.com 2021-06-11 19:45:23
Masjid Ramlie Musofa menyediakan tiga bahasa dalam tulisan yang ada di dalamnya.

Masjid Ramlie Musofa merupakan salah satu masjid di Jakarta yang mempunyai bentuk megah dengan memadukan empat unsur budaya. Yaitu budaya Indonesia, Arab, India, dan China. Keempat unsur budaya itu mengilhami sejumlah bentuk dan arsitektur Masjid Ramlie Musofa.

Masjid Ramlie Musofa berada di Jalan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara. Bangunannya tepat di seberang Danau Sunter. Lokasi tersebut membuat para pengunjung danau segera menyadari bahwa di seberang sana ada bangunan yang indah.

Masjid dengen luas 2.000 meter persegi ini mulai dibangun pada 2011 dan rampung pada 2016. Untuk menambah kesan istimewa, masjid ini dilengkapi dengan mimbar yang terbuat dari marmer yang didatangkan dari Turki dan Italia. Sementara untuk ornamen ukirnya didatangkan dari Jawa.

Masjid ini terinspirasi oleh pembangunan Taj Mahal di India. Bila Taj Mahal dibangun sebagai dedikasi cinta seorang raja terhadap istrinya, maka Masjid Ramlie Musofa dibangun sebagai wujud cinta kepada Allah SWT.

Sebelum memasuki area utama masjid, pengunjung akan melihat di bagian masjid sebuah ukiran surah Al Fatihah yang menggunakan tiga bahasa, yaitu Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Mandarin.

Tak hanya itu, di sejumlah sudut masjid ini juga dipercantik dengan ukiran kaligrafi yang berisi doa-doa serta ayat-ayat Alquran. Semunya terdiri tiga bahasa, sehingga jauh dari kesan eksklusif.

Dengan menyantumkan tiga bahasa itu, pemilik masjid berharap agar para mualaf yang masuk ke masjid ini dapat mengambil inspirasi dari tulisan-tulisan yang ada di dalamnya. Diketahui, sang pemilik masjid juga merupakan seorang Tionghoa yang berpindah agama ke Islam, alias seorang mualaf.

Masjid Ramlie Musofa ini juga disebut sebagai masjid yang ramah bagi para penyandang disabilitas lantaran di tempat wudhunya terdapat tempat duduk khusus yang dirancang untuk mereka. Bahkan, masjid yang terdiri dari dua lantai ini juga dilengkap dengan dua lift untuk memudahkan para lansia beribadah.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Bangunan Kolonial Jadi Masjid

Bangunan Belanda Itu Kini Menjadi Masjid Cut Meutia

Liputan6.com 2021-06-11 19:49:02
Masjid Cut Meutia berada di Jalan Taman Cut Meutia, nomor 1 Kelurahan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Lokasi ini dekat perkantoran besar ibu kota.

Ada yang janggal saat salat di Masjid Cut Meutia. Bangunan masjid yang umumnya simetris dengan arah kiblat tidak ditemukan di sini. Menelisik sejarah, ternyata bangunan ini memang tadinya bukan rumah ibadah.

Masjid ini merupakan salah satu bangunan yang masih ada dari masa kolonial Belanda. Tadinya, bangunan yang kini menjadi Masjid Cut Meutia ini merupakan sebuah gedung kantor biro arsitek N.V Bouwploeg, Pieter Adriaan Jacobus Moojen.

Seiring waktu, bangunan ini beralih fungsi beberapa kali. Sempat menjadi kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api Belanda hingga kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang. Itu terjadi sebelum Indonesia merdeka.

Hingga setelah Indonesia merdeka, dan Gubernur Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur Jakarta, bangunan ini dialihfungsikan sebagai masjid melalui Surat Keputusan Nomor SK 5184/1987 tanggal 18 Agustus 1987.

Kini masjid Cut Meutia menjadi sarana beribadah bagi umat Islam yang selalu ramai. Lokasi masjid sangat strategis, bisa dijangkau dari berbagai arah. Di sebelah barat berada tepat di depan Stasiun Gondangdia, di sisi timur terdapat jalan protokol besar sebagai tempat lalu lalang.

Masjid Cut Meutia berada di Jalan Taman Cut Meutia, nomor 1 Kelurahan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Lokasi ini dekat perkantoran besar ibu kota. Tak heran bila datang waktu salat Jumat, masjid ini selalu penuh.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini