Duka di Kaki Semeru

BNPB: 13 Orang Meninggal Akibat Erupsi Gunung Semeru

Liputan6.com 2021-12-05 10:07:52
Warga dan tim penyelamat memeriksa area yang tertutup abu vulkanik dalam upaya mencari korban atau jenazah pasca erupsi Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Minggu (5/12/2021). (AFP/

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, korban meninggal akibat erupsi Gunung Semeru mencapai 13 orang.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, informasi tersebut dia terima langsung dari Kepala BNPB Letnan Jenderal Suharyanto yang bertolak ke lokasi bencana.

"Berdasarkan informasi langsung pukul 09.20 WIB dari Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto yang saat ini sedang menuju Lumajang, total 13 orang dilaporkan meninggal dunia akibat peristiwa tersebut," ujar dia dalam keterangannya, Minggu (5/12/2021).

Abdul Muhari menyebut, dari 13 jiwa meninggal, baru dua yang terindentifikasi. Dua korban meninggal teridentifikasi berasal dari Curah Kobokan dan Kubuan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.


41 Orang Luka Bakar

Abdul Muhari mengatakan, 41 orang yang mengalami luka-luka, khususnya luka bakar mendapatkan penanganan awal di Puskesmas Penanggal. Selanjutnya mereka dirujuk menuju RSUD Haryoto dan RS Bhayangkara.

"Sementara itu, warga luka lainnya ditangani pada beberapa fasilitas kesehatan, yaitu 40 orang dirawat di Puskesmas Pasirian, 7 orang di Puskesmas Candipuro, serta 10 orang lain di Puskesmas Penanggal di antaranya terdapat dua orang ibu hamil," kata dia.

Dia mengatakan, untuk saat ini ada delapan kecamatan dan beberapa desa yang terdampak abu vulkanik, meliputi Kecamatan Ampelgading pada Desa Argoyuwono. Kecamatan Tirtoyudo pada Desa Purwodadi dan Desa Gadungsari. Kecamatan Pagelaran pada Desam Clumprit.

Kemudian Kecamatan Wajak pada Desa Bambang. Kecamatan Kepanjen pada Desa Panggungrejo dan Mojosari. Kecamatan Dampit pada Kelurahan Dampit. Kecamatan Bantur pada Desa Bantur dan Rejosari, dan Kecamatan Turen pada Desa Talok.


Pengungsi

Sementara itu, BPBD Kabupaten Lumajang melaporkan, adanya 902 warga mengungsi yang tersebar di beberapa titik kecamatan, antara lain 305 orang mengungsi di beberapa fasilitasi pendidikan dan balai desa di Kecamatan Pronojiwo dengan rincian, 409 orang di lima titik balai desa di Kecamatan Candipuro, 188 orang mengungsi di empat titik yang terdiri dari rumah ibadah dan balai desa di Kecamatan Pasirian.

"Berdasarkan pemantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), saat ini Gunung Semeru masih dalam status level II atau waspada," kata dia.

Sejarah Erupsi Sang Atap Jawa

Gunung Semeru Meletus, Ini Sejarah Letupan sang Atap Jawa

Liputan6.com 2021-12-04 17:24:23
Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia.

Gunung Semeru meletus Sabtu (4/12/2021) sekitar pukul 15.00 WIB. Semeru mengalami peningkatan aktivitas berapi dan mengeluarkan awan panas guguran ke arah Curah Kobokan.

Gunung dengan tinggi 3.676 meter atau tertinggi di Pulau Jawa itu memang kerap batuk.

Situs resmi PVMBG menjelaskan, Semeru bertipe vulkanian dan strombolian. Vulkanian merupakan tipe letusan gunung berapi yang melontarkan material dari dalam magma dan juga bongkahan-bongkahan batu di sekitar kawah. Sedangkan strombolian adalah tipe letusan gunung api berenergi rendah.

Berikut daftar data letusan bersejarah Gunung Semeru yang dikumpulkan Liputan6.com:


Letusan Pertama

Letusan pertama

Gunung favorit para pendaki ini tercatat pertama kali meletus sekitar 200 tahun lalutepatnya 8 November 1818.

2 Februari 1994

Gunung Semeru tercatat meletus sembilan kali pada 1994. Yang terdahsyat terjadi di awal tahun. Letusan ini menimbulkan asap putih tebal dengan ketinggian 500 meter. Selain asap putih, terjadi 34 kali guguran lava ke arah Besuk Kembar sejauh 1km.


Letusan Besar Selanjutnya

23 Desember 2002

Tercatat 8 kali letusan di kawah utama Semeru pada awal 2000-an, yang besar pada Natal 2002. Dua hari berselang, letusan kembali terjadi di kawah utama dengan jumlah masing-masing letusan sebanyak tujuh dan delapan kali. Pasca-letusan, guguran lava pijar memasuki bagian hulu Besuk Kembar sejauh 250 meter.

1 Desember 2020

Letusan Gunung Semeru kali ini diikuti guguran awan panas dari puncak, dengan jarak luncur 2 kilometer hingga 11 kilometer.

Gelap Gulita di Sore Hari

6 Fakta Terkait Gunung Semeru Meletus

Liputan6.com 2021-12-05 06:26:55
Gunung Semeru menjulang sehari setelah erupsi di atas desa Lumajang, Jawa Timur, pada Minggu (17/1/2021). Kendati demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) menegaskan

Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur meletus pada Sabtu 4 Desember 2021 sekitar pukul 15.00 WIB.

Sumber BPBD Jawa Timur melaporkan, Gunung Semeru mengeluarkan awan panas yang turun mengarah Curah Kobokan. Warga pun diimbau menjauhi daerah sekitar sungai yang berhulu di Gunung Semeru.

Erupsi yang disertai panas guguran dan hujan abu vulkanik cukup tebal hingga dua kecamatan terpantau gelap gulita di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu sore 4 Desember 2021.

"Iya benar, kondisi Gunung Semeru seperti yang ada di dalam video di media sosial," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Rapli Handoko kepada Liputan6.com melalui pesan singkat, Sabtu sore 4 Desember 2021.

Berikut fakta-fakta terkait erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu 4 Desember 2021 sihimpun Liputan6.com:


1. Dua Kecamatan di Lumajang Gelap Gulita

Gunung Semeru mengalami erupsi yang disertai awan panas guguran dan hujan abu vulkanik tebal.

Pos pantau Gunung Sawur melaporkan pada pukul 14.54 WIB, Sabtu 4 Desember 2021, awan panas guguran turun mengarah Curah Kobokan. Situasi saat ini seputaran Kobokan hujan deras.

Erupsi yang disertai panas guguran dan hujan abu vulkanik cukup tebal hingga dua kecamatan terpantau gelap gulita di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu sore.

"Iya benar, kondisi Gunung Semeru seperti yang ada di dalam video di media sosial," tutur Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Rapli Handoko kepada Liputan6.com melalui pesan singkat.


2. Warga Berhamburan Menyelamatkan Diri

Gunung Semeru yang ada di Jawa Timur meletus. Warga pun berhamburan menyelamatkan diri dari awan panas erupsi.

Gatot pun membenarkan adanya sebuah video yang ramai di media sosial tentang warga yang berlarian akibat dampak erupsi Gunung Semeru.

"Iya benar, kondisi Gunung Semeru seperti yang ada di dalam video di media sosial," tutur dia.

Gatot menyampaikan, berdasarkan laporan yang diterimanya, kejadian tersebut sekitar pukul 14.49 WIB. Akibat peristiwa itu, Pos Pantau Gunung Sawur melaporkan adanya informasi getaran banjir Pukul 14:47 WIB, mengarah ke Curah Kobokan.

"Pukul 14.54 wib, Pos Pantau Gunung Sawur melaporkan adanya Awan Panas Guguran (APG) yang turun mengarah Curah Kobokan," kata Gatot.


3. Warga Sekitar Aliran Lahar Diimbau Menjauh

Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas berapi dan mengeluarkan awan panas guguran ke arah Curah Kobokan.

Kepala Pelaksana BPBD Jatim Budi Santoso mengimbau warga yang tinggal di sekitaran sungai yang dialiri lahar gunung semeru, untuk menjauh.

"Kita sudah koordinasi dengan BPBD setempat untuk upaya evakuasi warga," ujarnya.

Situasi di sekitaran Gunung Semeru saat ini tengah hujan deras.

"Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa," ucap Budi.


4. Satu Orang Meninggal dan Ratusan Orang Mengungsi

Wakil Bupati (Wabup) Lumajang Indah Masdar melaporkan ada satu orang yang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru, Sabtu (4/12/2021). Menurut dia, korban meninggal tersebut berada di daerah sekitar Curah Kobokan Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur

"Ada 1 orang yang meninggal dunia dari Curah Kobokan. Tadi sudah akan dibawa oleh mobil ambulans dan mudah-mudahan sudah terangkut," kata Indah dalam konferensi pers di Youtube BNPB, Sabtu malam.

Menurut dia, terdapat 400 keluarga di daerah Curah Kobokan. Sebagian besar telah mengungsi dan beberapa masih dilakukan evakuasi. Indah menyebut proses evakuasi cukup sulit karena tebalnya lumpur.


5. Kronologi Gunung Semeru Meletus

Koordinator Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto mengungkapkan kronologi meletusnya Gunung Semeru yang ada di Jawa Timur, Sabtu 4 Desember 2021.

Menurut dia, Gunung Semeru terpantau mengeluarkan laharan pada pukul 13.30 WIB sebelum mengalami erupsi.

"Kejadian awalnya memang diawali oleh laharan, karena memang ada lahar, ada hujan. Lahar itu terjadi pada pukul 13.30 WIB," kata Kristianto saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu 4 Desember 2021.

Kendati begitu, kata dia, guguran awan panas itu sempat tak terlihat karena tertutup oleh kabut. Barulah pada pukul 14.50 WIB, laharan mengalami peningkatan setelah terlihat dari seismograf.

"Awan panasnya sendiri ini kejadiannya tidak bisa kelihatan awalnya karena tertutup kabut. Kemudian, pada pukul diperkirakan dari seismograf jadi amplitudonya mulai meningkat sekitar pukul 14.50 WIB," katanya.

Kristianto menyebut Gunung Semeru memang kerap mengalami erupsi atau letusan. Hanya saja, letusan kali ini mengarah ke Besuk Kobokan Desa Supit Utang Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.

"Semeru itu kan memang kalau erupsi kan letusan masih terus terjadi tiap hari, sering terjadi. Tapi ini yang terjadi tadi itu awan panas guguran, mengarahnya ke arah Besuk Kobokan," ujar dia.

Kristianto menyampaikan saat ini erupsi sudah mulai menurun. Namun, dia memastikan pihaknya akan terus memantau perkembangan di lapangan.

"Kalau dari kejadiannya sudah menurun kalau kita lihat dari amplitudo seismografnya," pungkas Kristianto.


6. PVMBG Terus Pantau

Kristianto mengatakan erupsi Gunung Semeru Jawa Timur sudah menurun. Namun, PVBMG terus memantau potensi erupsi susulan Gunung Semeru.

Dia pun meminta agar masyarakat di sekitar Gunung Semeru tak mendekati aliran sungai yang berhulu. Khususnya, yang ada di Besuk Kobokan sebab laharan Gunung Semeru mengarah ke daerah itu.

"Ini masih kita pantau kemungkinan-kemungkinannya (erupsi susulan). Yang jelas, masyarakat untuk tidak mendekati aliran sungai yang berhulu disana yaitu Besuk Kobokan dan Besuk Kembar. Terutama, Besuk Kobokan," tegas dia.


Ancaman dan Bahaya Letusan Gunung Semeru

 

Jembatan Putus, Listrik Mati

Jembatan Perak Lumajang Putus Imbas Gunung Semeru Meletus, Pemulihan Pasokan Listrik Terhambat

Liputan6.com 2021-12-05 09:20:17
Sedikitnya ada 82 gardu distribusi dan 23.015 pelanggan yang listriknya pada terdampak Gunung Semeru meletus. Dok PLN

Jembatan Perak Piket Nol di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur putus akibat diterjang lahar dingin Gunung Semeru meletus. Kondisi ini menghambat proses pemulihan pasokan listrik di wilayah itu.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, Adi Priyanto melansir mengatakan, sedikitnya ada 82 gardu distribusi dan 23.015 pelanggan yang terdampak padam akibat adanya hambatan itu.

"Beberapa daerah yang masih padam belum dapat dijangkau oleh petugas PLN dikarenakan adanya akses jalan utama yang putus akibat lahar dingin, seperti Jembatan Perak Piket Nol," kata Adi, seperti dikutip Minggu (5/12/2021).

Imbas banjir lahar dingin membuat jembatan patah dan akses menuju lokasi masih tertutup. Meski demikian personel PLN dipastikan siap segera mengamankan pasokan listrik saat akses kembali terbuka.

"Tentunya dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan seluruh personil dan berkoordinasi dengan BPBD dan TNI Polri," jelas Adi.


Minta Warga Waspada

Dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi turunnya abu lanjutan, di tengah intensitas hujan dan cuaca ekstrem yang menyertai.

"Bagi masyarakat kami minta jangan berada di dekat jaringan listrik, gardu, panel PJU ataupun pohon yang berpotensi roboh ketika terjadi cuaca ekstrem," katanya.

Ia juga meminta masyarakat yang melihat terdapat potensi bahaya ketenagalistrikan atau membutuhkan layanan PLN dapat menghubungi melalui aplikasi PLN Mobile atau Contact Center PLN 123.

Sebelumnya, Adi merinci setidaknya ada 112 gardu dan 30.523 pelanggan PLN terdampak akibat letusan Gunung Semeru yang ditunjukkan dengan guguran awan panas yang mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

"Hingga Sabtu malam, petugas PLN berhasil memulihkan dan menyalakan kembali 30 gardu terdampak. Sudah ada 7.508 pelanggan terdampak telah mendapatkan suplai listrik," katanya.

Risiko Menerjang Abu Semeru

Abu Vulkanik Gunung Semeru Bisa Bikin Jalan Licin, Pengendara Perlu Hati-Hati

Liputan6.com 2021-12-05 08:01:19
Gunung Semeru menjulang sehari setelah erupsi di atas desa Lumajang, Jawa Timur, pada Minggu (17/1/2021). Kendati demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) menegaskan

Gunung Semeru meletus pada Sabtu 4 Desember. Warga setempat sempat berhamburan menyelamatkan diri dari awan panas erupsi.

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Gatot Rapli Handoko membenarkan video viral di media sosial yang menunjukkan warga berlarian akibat dampak erupsi Gunung Semeru.

"Iya benar, kondisi Gunung Semeru seperti yang ada di dalam video di media sosial," tuturnya kepada Liputan6.com melalui pesan singkat.

Bagi warga yang berada di sekitar daerah yang terdampak erupsi Gunung Semeru, perlu mewaspadai abu atau debu vulkanik yang tidak hanya berefek buruk bagi kesehatan, tapi juga dapat merusak kendaraan, baik mobil ataupun motor.

Tidak hanya itu, abu vulkanik juga bisa menganggu aktivitas, tak terkecuali orang-orang yang berkendara dengan mobil atau motor.

Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana, menganjurkan agar para pengendara bisa lebih meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi kecepatan berkendara.

Pasalnya, abu vulkanik akan membuat jalanan lebih licin. Bahkan melebihi jalanan yang basah karena hujan.

"Kurangi kecepatan kendaraan, karena jalanan yang berdebu pasti lebih licin dibanding jalanan basah sekalipun. Jangan ambil risiko percaya diri yang berakibat fatal. Jaga jarak aman berkendara," kata Sony saat dihubungi Liputan6.com.


Perhatikan Jarak Pandang

Menurutnya, pengendara harus mampu mengatur jaga jarak aman dengan menyesuaikan jarak pandang juga.

"Kalau jarak pandang 100 meter kecepatan maksimumnya 50 km/jam, sesuaikan dengan kondisi jalan," katanya.

Senada dengan Sony, Kepala Bengkel Auto2000 Cikarang, Indah Yuliana, mengatakan bahwa saat kondisi jalanan mengandung abu vulkanik, hal itu akan mempengaruhi traksi (daya cengkeram) ban terhadap jalanan.

Karena itu, pengendara harus melakukan pengereman secara halus agar tak terjadi selip.

"Jarak berhentinya juga pasti lebih panjang, artinya pengendara yang menggunakan kendaraan di jalan yang ada abu vulkanik harus menjalankan kendaraannya tidak terlalu cepat karena bisa jadi daya cengkeram ban berkurang karena penuh dengan debu sehingga posisinya ngerem akan berhenti lebih lama dibandingkan dalam keadaan normal. Itu yang harus diwaspadai," jelas Indah.


Infografis Ancaman dan Bahaya Letusan Gunung Semeru

 

Sejarah Erupsi Sejak 1818

Menguak Catatan Panjang Aktivitas Vulkanik Gunung Semeru Sejak Tahun 1818

Liputan6.com 2021-12-04 20:30:18
Abu menutupi jalan di Kabupaten Lumajang setelah letusan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Minggu (4/12/2021). Wakil Bupati Lumajang Indah Masdar melaporkan ada satu orang yan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang kini meletus dan menyemburkan material vulkanik, memiliki catatan panjang yang terekam sejak Tahun 1818.

"Catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. Kemudian pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang," kata Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Sabtu (4/12/2021).

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan di Bantengan.

Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 - 1957, 1958, 1959, 1960.

Tak berhenti sampai di sini, Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya, seperti pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar, dilansir Antara.

Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Saat itu, sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 - 1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada Tahun 2008, tercatat beberapa kali letusan, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan, dengan jarak luncur 2.500 meter.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru, sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulcanian dan strombolian yang terjadi tiga sampai empat kali setiap jam.

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawah dan lidah lava baru.


Status Gunung Semeru

Saat ini Gunung Semeru berada pada status Level II atau "Waspada".

BNPB mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara - selatan serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

"Kedua, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Ketiga, perlu diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan. Keempat, mewaspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk," kata Abdul Muhari.

Terkait dengan perkembangan letusan Gunung Semeru, BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memerhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG. BNPB terus memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat dalam penanganan darurat letusan.

Warga Terusir dari Rumah

Gunung Semeru Meletus, Puluhan Warga Mengungsi di Balai Desa Sumberwuluh

Liputan6.com 2021-12-05 06:16:07
Pengungsi berlindung pasca erupsi Gunung Semeru di Masjid Desa Sumber Wuluh, Lumajang (5/12/2021). Gunung Semeru di Jawa Timur kembali meletus pada Sabtu (4/12/2021) pada pukul 15.00 WIB. (AF

Puluhan warga mengungsi di Balai Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang akibat letusan Gunung Semeru.

"Peristiwanya Sabtu sore dan warga kami minta untuk meninggalkan rumah dan mengungsi," ujar Sekretaris Desa Sumberluwuh, Samsul Arifin, ditemui di balai desa setempat, Minggu dini hari (5/11/2021) dilansir dari Antara.

Selain balai desa, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah tempat pengungsian lainnya, seperti masjid dan beberapa gedung SD Negeri di kawasan setempat.

Total terdapat 80 orang laki-laki serta 75 perempuan, ditambah 35 warga lanjut usia dan 30 anak yang mengungsi di balai desa.

"Tapi berdasarkan laporan dan data terbaru, sebagian pengungsi di balai desa ada yang pindah ke masjid, SD Negeri, bahkan ada yang tinggal ke rumah keluarganya di daerah aman," kata Samsul.

Pantauan di Sumberwuluh, sebagian pengungsi perempuan dan anak-anak beristirahat di pendopo maupun beberapa ruangan di balai desa. Sedangkan warga laki-laki dibantu petugas serta relawan tampak berjaga.


Warga Diminta Tetap Waspada

Pihaknya juga telah mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada karena aktivitas gunung setinggi 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut masih terjadi.

Di Desa Sumberwuluh, total terdapat sebanyak 10.724 orang yang tinggal di 10 dusun. Yakni Dusun Sumberwuluh Tengah, Sukosari, Kebonagung, Kamar Kajang, Kebondeli Utara, Kebondeli Selatan, Poncosumo, Kajar Kuning dan Kampung Baru.

Sementara itu, perangkat desa dibantu relawan tetap melakukan kesiapsiagaan. Salah satunya melakukan patroli di sekitar pemukiman untuk mengantisipasi adanya warga membutuhkan bantuan.

"Kami bergantian keliling pemukiman, sambil tetap waspada. Apalagi ada laporan masih terdapat 10 orang warga yang belum ditemukan. Tapi kami juga selalu mengecek, siapa tahu mereka sudah mengungsi ke tempat aman. Semoga semuanya selamat," kata Samsul Arifin.

Terjebak Amuk Semeru

Tolong, Warga Dusun Kamar Kajang Masih Terjebak Erupsi Gunung Semeru

Liputan6.com 2021-12-05 04:30:12
Seorang warga berjalan melewati sepeda motor para pengungsi yang diselimuti abu vulkanik pasca erupsi Gunung Semeru di desa Sumberurip, Lumajang (4/12/2021). Wakil Bupati Lumajang Indah Masda

Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, membutuhkan bantuan tenaga sukarelawan untuk mengevakuasi warga di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, yang terdampak letusan Gunung Semeru.

"Kami sangat membutuhkan tambahan relawan untuk membantu evakuasi warga pada besok Minggu (5/12) dan evakuasi pada malam ini sudah tidak bisa dilanjutkan karena hujan abu vulkanik yang turun cukup deras," kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq dalam media sosial pribadi yang diunggahnya pada Sabtu malam.

Dia menjelaskan di beberapa lokasi di Lumajang masih turun hujan abu vulkanik cukup deras dan guguran awan panas Gunung Semeru yang turun juga menjadi kendala bagi relawan untuk mengevakuasi warga di Dusun Kamar Kajang, bahkan sembilan orang dikabarkan masih belum ditemukan keluarganya.

"Kepala BPBD Kota Probolinggo sudah datang dan saya ucapkan terima kasih. Saya juga berkoordinasi dengan bupati dan Wali Kota Malang untuk meminta bantuan untuk bergerak ke Pronojiwo," tuturnya, dikutip Antara.

Bupati yang akrab dipanggil Cak Thoriq itu mengatakan medan untuk mengevakuasi cukup berat dan guguran awan panas juga belum dingin, sehingga dapat membahayakan keselamatan relawan kalau dipaksakan untuk mengevakuasi pada Sabtu malam.

"Saat ini Pemkab Lumajang bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Lumajang dan para relawan tengah melakukan pertolongan atau membantu evakuasi warga yang terdampak bencana alam tersebut," katanya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Minta Bantuan dari Malang

Pemkab Lumajang, lanjut dia, ingin memaksimalkan evakuasi pada Sabtu malam dan warga yang bisa dievakuasi harus segera dievakuasi agar tidak menjadi korban dampak letusan Gunung Semeru.

"Keadaan masih darurat saat ini, tim yang masih mencari dan melakukan pertolongan korban bencana perlu memikirkan keselamatan diri sendiri karena kondisi di lokasi bencana terdapat lahar yang masih panas dan terjadi hujan abu lebat," ujarnya.

Akses jalan menuju ke Kecamatan Pronojiwo tidak bisa dilalui disebabkan Jembatan Gladak Perak putus, maka Bupati Lumajang meminta bantuan bupati dan Wali Kota Malang untuk memberikan bantuan kepada warga yang terdampak di Wilayah Kecamatan Pronojiwo.

"Saya melakukan komunikasi dengan bupati dan Walikota Malang dengan harapan bisa membantu kami agar ada droping tenaga dari Malang guna membantu warga di wilayah Kecamatan Pronojiwo," katanya.

Cak Thoriq mengatakan pihaknya mengidentifikasi yang bisa dijangkau dulu karena keselamatan tim SAR juga menjadi pertimbangan, sehingga mereka menyelamatkan yang harus diselamatkan, tapi tim SAR/relawan juga harus selamat.


Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Abu Semeru Menyumbat Jalan Napas

Gunung Semeru Meletus, Waspada Dampak Debu Vulkanik pada Saluran Pernapasan

Liputan6.com 2021-12-04 19:03:21
Gunung Semeru menjulang di atas desa Lumajang, Jawa Timur, setelah meletus sehari sebelumnya, Minggu (17/1/2021). Gunung Semeru kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sejauh 4,5 k

Akademisi dan Praktisi Klinis, Ari Fahrial Syam, menjelaskan, debu dari gunung meletus seperti Gunung Semeru bisa secara langsung menyebabkan gangguan kesehatan pada mata, kulit, maupun saluran pernapasan.

Efek akibat terhirup debu, kata Ari, juga bisa muncul dua minggu setelah debu tersebut bertahan dalam sistem pernapasan manusia sehingga menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah.

Bahkan jika kandungan silika terus bertahan di paru-paru dalam jangka panjang, Ari menyebut bahwa hal tersebut bisa menyebabkan silikosis.

"Silikosis adalah suatu kondisi yang pada akhirnya membuat fungsi paru-paru akan menurun," kata Ari dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 4 Desember 2021.

Terkait dengan peristiwa meletusnya Gunung Semeru pada Sabtu siang tadi sekitar pukul 15.20 WIB, hal yang menjadi perhatiannya adalah apa kandungan yang terdapat di debu vulakanik tersebut, serta apa pula dampaknya bagi kesehatan. Baik saat ini maupun jangka panjang.

Kemudian, bagaimana pula sumber air bersih yang terkontaminasi apakah layak digunakan? Serta bagaimana tanaman dan hewan yang terpapar dengan debu vulkanik? Belum lagi jika peralatan listrik dan mesin-mesin yang terkena debu, ini apakah akan rusak?

"Fakta yang ada saat ini, memang bahwa debu vulkanik akan menyebabkan perih pada mata dan menimbulkan gangguan pernapasan berupa batuk dan sesak napas. Pada kulit pun menyebabkan gatal-gatal jika kita terpapar debu vulkanik ini," ujarnya.

Dijelaskan Ari, debu vulkanik telah menyebabkan jalan-jalan raya di beberapa kota seputar Gunung Semeru menjadi licin dan berlumpur setelah hujan tiba dan menyebabkan beberapa kecelakan.

"Pertanyaan seputar dampak akan debu ini harus dijawab. Perlu dilakukan survei kesehatan dan observasi yang terus menerus di rumah-rumah sakit dan tempat-tempat mengungsian mengenai kasus-kasus penyakit yang ditemukan," Ari menekankan.


Infografis Ancaman dan Bahaya Letusan Gunung Semeru

 

Korban Terjangan Awan Panas

Cek Daftar Korban Luka Bakar Awan Panas Erupsi Gunung Semeru, Begini Kondisinya

Liputan6.com 2021-12-05 03:00:05
Pengungsi berlindung pasca erupsi Gunung Semeru di Masjid Desa Sumber Wuluh, Lumajang (5/12/2021). Warga pun diimbau menjauhi daerah sekitar sungai yang berhulu di Gunung Semeru. (AFP/Juni Kr

Data sementara korban luka bakar akibat terdampak letusan Gunung Semeru yang dirawat di Puskesmas Penanggal tercatat sebanyak 38 orang dan sebagian sudah dirujuk ke beberapa rumah sakit di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Nama-nama korban luka bakar ringan hingga berat awan panas Gunung Semeru di Puskesmas Penanggal, Kecamatan Candipuro. Berdasarkan data Puskesmas Penanggal yang diterima ANTARA di Lumajang pada Minggu dini hari yakni:

1. Lira Firna (19) warga Dusun Kajar Kuning

2. Purwanto (41) warga Dusun Curah Kobokan

3. Wildan (17) warga Dusun Curah Kobokan

4. Luluk Susilowati (41) warga Dusun Curah Kobokan

5. Dur Jumadi (70) warga Dusun Curah Kobokan6. Alvin (14) warga Dusun Curah Kobokan7. Mustakin (28) warga Dusun Curah Kobokan

8. Suwati (38) warga Dusun Curah Kobokan

9. Rita (23) warga Dusun Curah Kobokan

10. Titin (23) warga Dusun Curah Kobokan

11. Haliwan (26) warga Dusun Curah Kobokan

12. M. Zaeful (11) warga Dusun Curah Kobokan

13. Ngatiman (27) warga Dusun Curah Kobokan

14. Senimin (40) warga Dusun Curah Kobokan

15. Haris (33) warga Dusun Curah Kobokan

16. Samsul (32) warga Dusun Curah Kobokan

17. Rahma Amalia (13) warga Dusun Curah Kobokan

18. Ngatinem (70) warga Dusun Curah Kobokan

19. Hasan (22) warga Desa Supiturang

20. Hami (70) warga Desa Supiturang

21. Suli (50) warga Desa Supiturang, kemudian dirujuk RSUD dr Haryoto Lumajang

22. Mesini (71) warga Dusun Curah Kobokan

23. Samsul Arifin (39) warga Desa Supiturang

24. Roni (29) warga Desa Supiturang

25. M. Idris (37) warga Desa Supiturang

26. Rianto (30) warga Desa Sumbermujur

27. Giarti (55) warga Dusun Curah Kobokan

28. Siswanto (73) warga Dusun Curah Kobokan

29. Semi (40) warga Dusun Curah Kobokan

30. Adi (35) warga Desa Sumberurip (dirujuk ke RSUD dr. Haryoto)

31. Sudi (34) warga Desa Supiturang

32. Sukri (100) warga Dusun Curah Kobokan

33. Hermanto (24) warga Desa Wonocempokoayu (dirujuk ke RSUD Pasirian)

34. Ngatina/Ani warga Dusun Curah Kobokan

35. Bawon Triono (33) warga Dusun Curah Kobokan (dirujuk ke RSUD dr. Haryoto)

36. Selamet (40) warga Dusun Curah Kobokan

37. Misini warga Dusun Curah Kobokan (dirujuk ke RSUD dr. Haryoto)38. Sami warga Dusun Curah Kobokan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kondisi Korban

Kepala Dinas Kesehatan Lumajang dr Bayu Wibowo mengatakan, sebagian besar korban terdampak letusan Gunung Semeru mengalami luka bakar dan langsung mendapat penanganan dari petugas medis.

"Data sementara yang tercatat ada 38 warga yang mengalami luka bakar, namun data itu masih sementara karena petugas masih mengevakuasi warga, sedangkan untuk korban luka bakar berat dirujuk ke rumah sakit" katanya.

Sementara Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah korban luka bakar akibat terkena awan panas dan material abu vulkanik letusan Gunung Semeru di Kecamatan Candipuro sebanyak 45 orang hingga Sabtu malam.

Dampak letusan Gunung Semeru menyebabkan satu orang meninggal dunia dan puluhan warga mengalami luka bakar. Sebanyak 10 orang belum dievakuasi karena medannya cukup berat serta ratusan warga mengungsi ke lokasi yang aman.


Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Riwayat Kawah Jonggring Seloko

Catatan Letusan Gunung Semeru dan Riwayat Kawah Jonggring Seloko

Liputan6.com 2021-12-05 00:00:07
Gunung Semeru meletus. (Foto: Liputan6.com/Tangkapan Layar Video/Istimewa)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang kini meletus dan menyemburkan material vulkanik, memiliki catatan panjang yang terekam sejak Tahun 1818.

"Catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. Kemudian pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang," kata Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Sabtu, dikutip Antara.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan di Bantengan.

Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik Gunung Semeru tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 - 1957, 1958, 1959, 1960.

Tak berhenti sampai di sini, Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya, seperti pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar.

Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Saat itu, sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 - 1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada Tahun 2008, tercatat beberapa kali letusan, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan, dengan jarak luncur 2.500 meter.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kawah Jonggring Seloko

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru, sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulcanian dan strombolian yang terjadi tiga sampai empat kali setiap jam.

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawah dan lidah lava baru.

Saat ini Gunung Semeru berada pada status Level II atau "Waspada". BNPB mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara - selatan serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

"Kedua, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Ketiga, perlu diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan. Keempat, mewaspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk," kata Abdul Muhari.

Terkait dengan perkembangan letusan Gunung Semeru, BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memerhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG. BNPB terus memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat dalam penanganan darurat letusan.


Saksikan Video Pilihan Ini:

Semeru Belum Tenang

Soal Potensi Erupsi Susulan Gunung Semeru, PVMBG: Masih Dipantau

Liputan6.com 2021-12-04 18:34:27
Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia.

Koordinator Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto mengatakan erupsi Gunung Semeru Jawa Timur pada Sabtu (4/12/2021) sudah menurun. Namun, PVBMG terus memantau potensi erupsi susulan Gunung Semeru.

Dia pun meminta agar masyarakat di sekitar Gunung Semeru tak mendekati aliran sungai yang berhulu. Khususnya, yang ada di Besuk Kobokan sebab laharan Gunung Semeru mengarah ke daerah itu.

"Ini masih kita pantau kemungkinan-kemungkinannya (erupsi susulan(. Yang jelas, masyarakat untuk tidak mendekati aliran sungai yang berhulu disana yaitu Besuk Kobokan dan Besuk Kembar. Terutama, Besuk Kobokan," kata Kristianto saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (4/12/2021).

Dia mengatakan erupsi Gunung Semeru diawali dengan keluarnya awan panas pada pukul 13.30 WIB. Namun, awan panas awalnya tak bisa terlihat karena tertutup kabut.

"Kemudian pada pukul diperkirakan dari seismogaraf jadi amplitudonya mulai meningkat sekitar pukul 14.50," ujar dia.

Sementara itu, Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyanpaikan anggota BPBD Kabupaten Lumajang bersama tim gabungan lainnya segera menuju lokasi kejadian di sektor Candipuro-Pronojiwo.

Mereka melakukan pemantauan, kaji cepat, pendataan, evakuasi dan tindakan lainnya yang dianggap perlu dalam penanganan darurat.

"Tim BPBD Kabupaten Lumajang saat ini tengah mengupayakan untuk mendirikan titik pengungsian sektoral di Lapangan Kamarkajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang," jelas Abdul dikutip dari siaran pers, Sabtu.


BelumAda Laporan Korban Jiwa

Abdul menuturkan hingga kini belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru. Saat ini, kata dia, visual Gunung Semeru masih tertutup kabut disertai hujan dengan intensitas sedang.

"Sementara itu kerugian materil dan dampak lainnya dari erupsi Gunung Semeru masih dalam pendataan," ucap Abdul.

Teka Teki Nasib Penambang Pasir

Erupsi Gunung Semeru, Sejumlah Penambang Dilaporkan Masih Terjebak

Liputan6.com 2021-12-04 22:38:31
Petugas polisi memeriksa lokasi penambangan pasir yang terkena dampak letusan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Selasa (1/12/2020). Pihak berwenang sedang memantau beberapa gu

Kepala BNPB Mayjen TNI Suharyanto menyampaikan, sejumlah penambang terjebak akibat tak sempat melarikan diri ketika Gunung Semeru mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) siang. Suharyanto menerima laporan itu dari Bupati Lumajang.

"Tadi Bapak Bupati menyampaikan bahwa ada penambang pasir (terjebak)," kata dia saat konferensi pers, Sabtu (4/12/2021).

Suharyanto menerangkan, TNI-Polri bersama BPBD sampai saat ini masih berusaha mengevakuasi sejumlah penambang yang terjebak tersebut.

Menurut dia, pada saat erupsi para penambang pasir berada pada titik yang tidak sempat untuk melakukan evakuasi ke tempat lebih tinggi.

"Ini masih diupayakan oleh BPBD dan TNI-Polri yang ada di sana termasuk dari unsur-unsur BNPB," ujar dia.

Lebih lanjut, Suharyanto berharap penambang pasir bisa segera dibawa ke tempat lebih aman.

"Akan kami pantau terus untuk terus diupayakan untuk para penambang pasir bisa segera dievakuasi," tandas dia.


Evakuasi Warga

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangan tertulis resminya menyebutkan awan panas guguran (APG) Gunung Semeru mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Pengamatan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, APG mulai terjadi pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Sekitar pukul 15.10 secara visual abu vulkanik APG sangat jelas teramati mengarah ke Besuk Kobokan.

Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.

Mengungsi dalam Kondisi Hamil Tua

Ibu Hamil 9 Bulan Turut Jadi Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Semeru

Liputan6.com 2021-12-04 21:51:15
Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia.

Wakil Bupati Lumajang Indah Masdar menyatakan, dua orang ibu hamil yang usia kandungannya mencapai delapan bulan dan sembilan bulan, menjadi pengungsi akibat erupsi Gunung Semeru pada Sabtu pukul 15.00 WIB.

Dilansir dari Antara, Indah mengatakan, di Dusun Curah Kobokan terdapat 300 kepala keluarga yang sebagian besar sudah mengungsi. Di antaranya adalah dua ibu hamil tersebut.

Dia menyebut terdapat puluhan korban luka bakar akibat lahar panas yang dievakuasi di Puskesmas Penanggal. Beberapa korban dengan luka bakar serius dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Haryoto, Rumah Sakit Bhayangkara, dan sebagian di RSUD Pasirian.

"Di Puskesmas Candipuro ada sekitar tujuh orang yang sedang dirawat, sedangkan di Puskesmas Penanggal tersisa kurang lebih 10 orang," kata Indah.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Meninggal 1 Orang

Indah Masdar menyebutkan korban jiwa akibat terjadinya letusan Gunung Semeru tercatat satu orang, sementara sebanyak 10 orang belum bisa dievakuasi dari Dusun Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

"Masih ada sekitar 10 orang yang masih belum bisa dievakuasi, karena lokasinya agak sulit, evakuasi lamban karena mobil tidak bisa masuk ke lokasi dikarenakan lumpur setinggi sampai lutut kaki," kata Indah.

Pesona yang Menyimpan Bahaya

Sejuta Cerita Pesona Gunung Semeru dan Jonggring Saloko yang Tak Pernah Tidur

Liputan6.com 2021-12-04 23:19:47
Foto: Dok. Tim Ekpedisi 7 Summits in 100 Days.

Semeru, gunung dengan ketinggian mencapai 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) yang terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyimpan sejuta pesona sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Gunung Semeru yang merupakan gunung berapi kerucut itu memiliki puncak yang dikenal dengan sebutan Mahameru dan kawah berjuluk Jonggring Saloko. Semeru, memiliki daya tarik yang tiada duanya di Indonesia, khususnya bagi para pendaki.

Semeru yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru selama ini selalu mencuri perhatian bagi setiap orang yang melihatnya. Pesona dan kegagahan Semeru, bagai menyajikan sejuta keindahaan, sekaligus potensi bahaya.

Gunung Semeru, tidak hanya mencuri perhatian jika dilihat dari kejauhan. Para pendaki banyak yang berkeinginan untuk menaklukkan gunung tertinggi ketiga di Indonesia itu dan mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan seumur hidup mereka.

Pendakian ke Gunung Semeru memang membutuhkan usaha yang tidak mudah, namun seluruh keringat yang keluar dari tubuh para pendaki akan dibayar dengan panorama alam yang sempurna, dilansir Antara.

Perjalanan untuk menaklukkan sang raksasa di Pulau Jawa itu akan diselingi dengan pesona sejumlah danau yang seolah melengkapi bentang alam itu. Ranu Kumbolo, merupakan salah satu danau yang menjadi ikon di Gunung Semeru.

Danau cantik yang seolah menjadi pelepas dahaga itu berada pada ketinggian 2.389 mdpl. Danau itu menjadi salah satu tempat yang akan disinggahi para pendaki untuk menyatu dengan alam dan merasakan dinginnya pelukan Semeru.

Terlepas dari semua keindahan dan kemegahan Gunung Semeru, sang raksasa itu juga menyimpan sejumlah potensi bahaya yang mengancam. Di Puncak Mahameru, para pendaki tidak disarankan untuk menuju Kawah Jonggring Saloko karena adanya gas beracun.

Ancaman dan potensi bahaya yang tersimpan di Gunung Semeru, tidak hanya mengintai para pendaki. Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung tersebut, hidup berdampingan dengan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia itu.

Jonggring Saloko Bergemuruh

Gunung dengan kawah Jonggring Saloko yang tidak pernah tidur itu, pada 4 Desember 2021 mengeluarkan "amarahnya". Guguran awan panas dan material vulkanik menyembur dari kawah dan memberikan dampak besar pada wilayah yang berada di jalur guguran awan panasnya.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada Sabtu, kurang lebih pukul 15.20 WIB, muntahan awan panas dan material vulkanik meluncur mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Erupsi gunung berapi aktif itu memiliki catatan sejarah panjang sejak 1818. Gunung Semeru merupakan gunung dengan tipe vulcanian atau memiliki letusan eksplosif dan dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang terbentuk sebelumnya.

Kemudian, gunung tersebut juga memiliki tipe strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam, yang mampu membentuk kawah dan lidah lava baru. Letusan pada awal Desember di pengujung Tahun 2021, membuat kepanikan warga, khususnya yang ada di Kecamatan Pronojiwo.

Dari sejumlah video milik warga yang beredar di media sosial, awan panas yang menyembur dari kawah Jonggring Saloko terlihat sangat besar. Seolah awan itu diembuskan dalam satu kali nafas dari perut sang raksasa itu.

Warga terlihat berlarian untuk menyelamatkan diri dari amukan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Seakan tidak berdaya, masyarakat hanya bisa melihat keagungan Gunung Semeru dengan kekuatan yang kini diperlihatkan.

Dampak dari letusan Gunung Semeru itu, hingga Sabtu malam dilaporkan puluhan warga Kabupaten Lumajang mengalami luka bakar dan satu orang meninggal dunia akibat semburan awan panas. Tercatat, ada sebanyak 48 warga yang mengalami luka bakar.

Selain itu, usai memuntahkan guguran awan panas dan material vulkanik, banjir lahar dingin juga memberikan dampak kerusakan cukup besar. Jembatan penghubung antara wilayah Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang putus diterjang banjir lahar dingin.

Jembatan Gladak Perak yang merupakan penghubung jalan nasional tersebut hancur akibat terjangan material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Semeru. Akses jalan tersebut, sesungguhnya merupakan jalur evakuasi yang penting.


Lokasi Pengungsian

Pemerintah melalui BNPB, memberikan respons cepat bencana guguran awan panas yang berdampak pada Kabupaten Lumajang tersebut. BNPB telah melakukan evakuasi penduduk agar aman dan mengirimkan sejumlah bantuan kemanusiaan.

Kepala BNPB Mayjen TNI Suharyanto dalam jumpa pers virtual di Jakarta menyatakan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang bersama tim gabungan telah menuju ke lokasi kejadian di sektor Candipuro dan Pronojiwo untuk melakukan sejumlah langkah.

Selain itu, BPBD Lumajang dengan koordinasi bersama BNPB juga mengupayakan pendirian sejumlah titik pengungsian yang dipergunakan untuk menampung warga terdampak letusan Gunung Semeru itu.

"Lokasi pengungsian saat ini ada dan sudah terisi, ada di tiga desa, di dua kecamatan, yakni di Desa Supiturang dan Desa Curah Kobokan di Kecamatan Pronojiwo dan Desa Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro," kata Suharyanto.

Selain BNPB, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Andika Perkasa juga telah mengerahkan prajurit teritorial yang ada di sekitar Gunung Semeru untuk membantu penanganan bencana.

Panglima memastikan prajurit TNI di tingkat teritorial setingkat komando distrik militer (kodim), komando resor militer (korem) hingga komando daerah militer (kodam), akan membantu penanganan bencana bersama BNPB dan unsur terkait.

"Kami juga akan melakukan dukungan dari pusat, supaya lebih bisa tertangani untuk penanganan bencana di daerah," katanya.

Semeru, dengan seluruh pesona yang selalu memukau tetap harus diwaspadai. Bencana letusan gunung berapi tidak pernah bisa diprediksi kapan terjadi. Semeru yang megah akan tetap hidup berdampingan dengan masyarakat dengan segala keindahan dan ancaman bencana yang ada.