Misteri Pintu Terkunci di Tragedi Kanjuruhan

Misteri Pintu Keluar Stadion Terkunci Saat Tragedi Kanjuruhan

Liputan6.com 2022-10-04 15:45:39
Sepasang sepatu kets terinjak-injak di tribun Stadion Kanjuruhan menyusul tragedi mengeneskan usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Indonesia

Kompolnas memastikan tidak ada perintah langsung dari Kapolres Malang nonaktif AKBP Ferli Hidayat, kepada anggota yang bertugas untuk melepaskan tembakan gas air mata saat ricuh suporter di Stadion Kanjuruhan Malang usai Arema Vs Persebaya, Sabtu malam (1/10/2022).

Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto di Kabupaten Malang, Selasa (4/10/2022) mengatakan, pihaknya telah melakukan konfirmasi langsung kepada Kapolres Malang nonaktif terkait penggunaan gas air mata untuk mengurai massa.

"Tidak ada perintah dari kapolres untuk melakukan penguraian massa dengan tindakan excessive dengan gas air mata, tidak ada," kata Wahyu.

Wahyu menjelaskan, Kapolres Malang nonaktif telah menjalankan tugasnya secara prosedural, dimana sudah ada tindakan antisipasi dengan memberikan arahan langsung kepada para personel yang bertugas saat apel sebelum pertandingan.

Menurutnya, tindakan pencegahan itu sudah disiapkan oleh Kapolres Malang nonaktif sebelum laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang tersebut dilaksanakan.

"Sudah disampaikan pada saat apel lima jam sebelumnya. Jadi ini memang kami melihat ada tindakan preventif yang sudah dilakukan, dari internal kepolisian, kapolres melihat secara prosedural sudah dijalankan," ujarnya.

Ia menambahkan, selain tidak ada perintah untuk melepaskan tembakan gas air mata untuk mengurai massa tersebut, Kapolres Malang nonaktif juga tidak menutup serta mengunci pintu keluar Stadion Kanjuruhan.

"Sudah kami konfirmasi Kapolres, bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu. Sehingga harapannya memang 15 menit (sebelum pertandingan usai) itu dibuka, tetapi tidak diketahui mengapa ada pintu terkunci," katanya.

Selain itu, Polres Malang juga telah menyiapkan dua kendaraan Barakuda milik Brimob Polda Jawa Timur untuk dipergunakan tim tamu saat datang maupun meninggalkan Stadion Kanjuruhan. Kendaraan itu disiapkan untuk pengamanan para pemain dan ofisial Persebaya.

"Tetapi dalam pelaksanaannya, Barakuda tidak bisa keluar karena massa di luar sangat banyak. Kejadian pertama, mobil tidak bisa keluar dan kedua di dalam juga ramai," tuturnya.


Tragedi Kanjuruhan

Sebelumnya pada Sabtu (1/10/2022), terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.

Berdasarkan data terakhir, menyebutkan bahwa korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebanyak 125 orang. Selain itu, dilaporkan sebanyak 323 orang mengalami luka pada peristiwa itu.

Lolos dari Maut karena Kaos

Cerita Aremania ASN Batu Lolos dari Gas Air Mata dan Pentungan Petugas Saat Tragedi Kanjuruhan

Liputan6.com 2022-10-04 10:03:40
Aremania akan membentuk tim pencari fakta untuk mengusut tuntas tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Dadang Indarto, salah seorang suporter Arema atau Aremania yang jadi saksi mata tragedi Kanjuruhan mengisahkan cerita pilu yang terjadi saat itu.

Berada di tribun selatan, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemkot Batu ini tidak menyangka akan ada tragedi yang merenggu 125 korban jiwa.

"Saya datang bersama seorang teman dari Lampung untuk menonton pertandingan besar tersebut. Teman saya jauh-jauh dari Lampung ingin lihat Arema. Ternyata berakhir dengan duka," ucapnya, Senin (3/10/2022).

Begitu gas air mata menyasar ke tribun, Dadang dan rekannya tengkurap melepas kaos digunakan menutup wajah. Ia bisa selamat dari petaka itu, lalu berusaha menerobos menyelamatkan diri. Tak hanya lolos dari asap gas, tapi juga dari pentungan petugas.

Ia keluar lewat akses tribun VVIP, di sana sudah melihat banyak korban. Ia ikut membantu menyelamatkan korban, setelah itu lari ke petugas kepolisian untuk meminta bantuan. Ada personel yang sempat menolong, tapi kabur begitu diserang suporter yang sudah marah.

"Semula saya sangka empat jenasah, tiga perempuan dan seorang anggota polisi. Setelah saya lihat di dalam musala, ternyata berjajar banyak jenasah," ucap Dadang.

Suasana itu menjadi sebuah kisah duka yang sulit dilupakan. Dadang menyesalkan panitia pelaksana dan manajemen Arema terkait kesiapan dalam pertandingan besar melawan rival bebuyutan Persebaya Surabaya.


Banyak Pintu Ditutup

Ia melihat tenaga medis sangat minim, banyak pintu ditutup tak kunjung dibuka meski pertandingan telah berakhir. Jalur evakuasi pun sama sekali tak disiapkan. Padahal di Stadion Kanjuruhan pernah terjadi peristiwa serupa, rusuh saat lawan Persib Bandung pada 2018 silam.

"Ketika itu tidak ada korban jiwa. Tapi panpel pertandingan seperti tak belajar dari pengalaman itu. Kami berharap peristiwa ini diusut sampai tuntas demi keadilan," ucap Dadang.

Peristiwa 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan itu jadi kisah pilu bagi banyak orang yang hadir saat itu. Tragedi kelam, menancap kuat di memori mereka. Para suporter berharap peristiwa itu diusut tuntas dan keadilan ditegakkan.

Stadion Kanjuruhan Bak Kuburan Massal

Kisah Pilu Penyintas Tragedi Kanjuruhan: Banyak Anak Kecil dan Wanita Tergeletak, Seperti Kuburan Massal

Liputan6.com 2022-10-04 09:06:22
Aparat keamanan melepas tembakan gas air mata untuk menghalau massa dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022 (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Eko Ari Anto menangis sesenggukan, kepalanya disandarkan ke pundak seorang rekannya. Tangisnya pecah, menghentikan cerita pilu tentang tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Saat itu dia dan banyak Aremania sedang berkumpul dalam sebuah forum.

Eko menceritakan, meski memegang tiket ia tak masuk ke dalam untuk menonton pertandingan. Ia pilih keliling di luar Stadion Kanjuruhan dan melihat banyak personel aparat keamanan berjaga. Di halaman luar dipasang layar besar nonton bareng bagi suporter yang tak masuk.

Tidak lama setelah peluit tanda berakhirnya pertandingan ditiup pengadil lapangan, Eko mendengar suara tembakan. Setidaknya lima kali suara letusan didengarnya. Ia mendekat, lalu melihat di pintu 10 terdengar suara banyak orang menggedor pintu disertai jeritan.

"Begitu pintu dibuka, saya lihat ada perempuan pingsan ditolong kawan -- kawan. Setelah itu ternyata semakin banyak korban digotong keluar," kata Eko.

Melihat kondisi itu, ia masuk ke dalam stadion membantu evakuasi korban. Ia masuk ke sektor 12 dan 14 yang sudah banyak korban. Sayang, hanya pintu 14 yang terbuka menyebabkan banyak orang berebut keluar. Mereka yang tenaganya masih kuat bahu membahu saling menyelamatkan.

"Saya lalu ke sektor 13 coba bantu di sana. Ya allah, ternyata di situ sudah seperti kuburan bagi adik-adik saya," katanya. Tangisnya meledak, ia tak kuasa melanjutkan ceritanya.

Kepalanya disandarkan ke pundak rekannya yang duduk tepat di sampingnya dan menangis tersedu. Lima menit kemudian, ia tak mau berhenti bercerita lalu melanjutkan kisah kelam tragedi Stadion Kanjuruhan itu.

"Perjuangan teman-teman yang masih punya tenaga saat itu luar biasa membantu evakuasi. Banyak tubuh anak kecil dan wanita. Semacam kuburan massal," tutur Eko.


Diabaikan Aparat

Melihat situasi yang sangat parah tersebut, Ia kemudian berlari mencari petugas medis tapi tak bisa menemukan mereka. Ia beralih ke aparat keamanan untuk meminta bantuan pertolongan. Personel kepolisian menolak karena takut dengan massa.

Ia mengaku nyaris dipukul saat menuju anggota TNI untuk meminta bantuan. Beruntung tindakan itu bisa dicegah seorang personel lainnya. Anggota itu menolak ikut membantu evakuasi korban sambil melontarkan makian khas Jawa Timuran.

"Temanku ya ada yang kena," Eko menirukan perkataan seorang personel tentara itu.

Ia beralih ke steward, petugas keamanan internal di bawah panitia pelaksana. Sekali lagi pukulan hampir diterimanya. Setelah dijelaskan maksudnya, tenaga keamanan itu ikut berlari ke tribun membantu mengevakuasi korban di sektor 13.

Mereka bersama-sama berusaha membantu ratusan korban. Bahkan berupaya menghancurkan loster atau lubang angin berbahan beton di tembok tribun tapi tak membuahkan hasil. Segala daya dilakukan demi menyelamatkan nyawa rekan-rekan mereka.

"Kami sampai lemas, lalu istirahat di depan. Di sana ternyata sudah ada mobil Brimob dibalik dengan kondisi terbakar," katanya.


Menuntut Keadilan

Dadang Indarto, salah seorang suporter di tribun selatan juga mengenang kisah pilu itu. Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemkot Batu ini datang bersama seorang teman dari Lampung untuk menonton pertandingan besar tersebut.

"Teman saya jauh-jauh dari Lampung ingin lihat Arema. Ternyata berakhir dengan duka," ucapnya.

Begitu gas air mata menyasar ke tribun, Dadang dan rekannya tengkurap melepas kaos digunakan menutup wajah. Ia bisa selamat dari petaka itu, lalu berusaha menerobos menyelamatkan diri. Tak hanya lolos dari asap gas, tapi juga dari pentungan petugas.

Ia keluar lewat akses tribun VVIP, di sana sudah melihat banyak korban. Ia ikut membantu menyelamatkan korban, setelah itu lari ke petugas kepolisian untuk meminta bantuan. Ada personel yang sempat menolong, tapi kabur begitu diserang suporter yang sudah marah.

"Semula saya sangka empat jenasah, tiga perempuan dan seorang anggota polisi. Setelah saya lihat di dalam musala, ternyata berjajar banyak jenasah," ucap Dadang.

Suasana itu menjadi sebuah kisah duka yang sulit dilupakan. Dadang menyesalkan panitia pelaksana dan manajemen Arema terkait kesiapan dalam pertandingan besar melawan rival bebuyutan Persebaya Surabaya.

Ia melihat tenaga medis sangat minim, banyak pintu ditutup tak kunjung dibuka meski pertandingan telah berakhir. Jalur evakuasi pun sama sekali tak disiapkan. Padahal di Stadion Kanjuruhan pernah terjadi peristiwa serupa, rusuh saat lawan Persib Bandung pada 2018 silam.

"Ketika itu tidak ada korban jiwa. Tapi panpel pertandingan seperti tak belajar dari pengalaman itu. Kami berharap peristiwa ini diusut sampai tuntas demi keadilan," ucap Dadang.

Peristiwa 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan itu jadi kisah pilu bagi banyak orang yang hadir saat itu. Tragedi kelam, menancap kuat di memori mereka. Para suporter berharap peristiwa itu diusut tuntas dan keadilan ditegakkan.

Gas Air Mata Perenggut Nyawa

Federasi Kontras: Tembakan Gas Air Mata Sumber Utama Jatuhnya Banyak Korban di Kanjuruhan

Liputan6.com 2022-10-04 13:04:20
Pemain dan ofisial klub Arema FC berdoa dan menaburkan bunga untuk para korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang di Malang, Senin, 3 Oktober 2022. Aksi ini sebagai bentuk belasungkawa te

Federasi Kontras menilai ada kesalahan aparat keamanan yang menyebabkan tragedi Stadion Kanjuruhan Malang sehingga jatuh banyak korban jiwa. Penanganan kasus ini juga harus melibatkan Aremania agar lebih berkeadilan.

Koordinator Federasi Kontras, Andi Irfan, mengatakan, tragedi Stadion Kanjuruhan Malang disebabkan kelalaian panitia pelaksana dan tindakan berlebihan dari aparat keamanan. Pemerintah harus memberikan keadilan terhadap seluruh korban.

"Ada kelalaian karena jumlah penonton melebihi kapasitas, ditambah tindakan berlebihan kepolisian," kata Andi di Malang, Senin, 3 Oktober 2022.

Federasi Kontras menggali data bersama Aremania. Dari data awal, ada dugaan kelalaian Panpel terkait keamanan penonton. Pintu di gate 13 tak kunjung dibuka begitu pertandingan Arema lawan Persebaya berakhir. Akibatnya, banyak penonton terjebak di dalam stadion begitu terjadi kekacauan.

Andi menambahkan, ada kesalahan Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh aparat keamanan sebab kepolisian gegabah menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa. Hal itu melanggar aturan, tak hanya regulasi FIFA tapi juga Hak Asasi Manusia (HAM).

"Tembakan gas air mata jadi sumber utama jatuhnya banyak korban jiwa," ujar Andi.

Berdasarkan keterangan saksi suporter, lanjut dia, mereka masuk ke dalam lapangan bukan untuk melakukan kekerasan. Tapi direspons aparat berlebihan yang memicu terjadinya tragedi tersebut. Ada banyak perempuan dan anak-anak jadi korban.

"Polisi dilatih untuk mencegah jatuhnya korban, melindungi. Tapi kemarin yang terjadi malah sebaliknya," ucapnya.

Federasi Kontras mendesak Kapolri, Jenderal Listyo Sigit meminta maaf atas kejadian tersebut. Serta memecat Kapolda Jatim dan Kapolres Malang karena tragedi itu. Pernyataan pimpinan kepolisian selama ini terkesan membela diri, tak mengakui adanya kesalahan.


Penanganan Melibatkan Aremania

Federasi Kontras mendorong pemerintah menangani peristiwa itu dengan melibatkan korban yakni Aremania. Baik proses investigasi maupun pendataan korban. Itu menjamin keadilan bagi korban.

"Gubernur memberikan santunan, padahal bukan itu yang diperlukan korban tapi restitusi pemulihan korban," ujar Andi.

Penggalian data korban harusnya melibatkan Aremania. Sebab banyak korban yang langsung pulang ke rumah dan datanya tak tercatat. Di luar daerah seperti Pasuruan dan Probolinggo, banyak juga korban jiwa yang tak tersentuh pemerintah.

"Jumlah korban diperkirakan jauh lebih banyak dari versi pemerintah. Libatkan Aremania di berbagai daerah," ucapnya.

Ia mendorong lembaga negara seperti Komnas HAM dan LPSK membentuk tim verifikasi. Serta terlibat sebagai tim independen penyelidikan tragedi Stadion Kanjuruhan. Itu memastikan penyelidikan berjalan secara terbuka dan independen.

"Libatkan juga komunitas Aremania untuk memverifikasi tiap informasi," kata Andi.

Dugaan Pelanggaran HAM di Tragedi Kanjuruhan

HEADLINE: Usut Pelanggaran HAM dan Pidana di Tragedi Kanjuruhan Malang, Seret Tersangka ke Pengadilan

Liputan6.com 2022-10-05 00:00:02
Tragedi memilukan kembali mewarnai sepak bola tanah air. Kerusuhan hingga menelan korban jiwa terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).

Eko Ari Anto menangis sesenggukan, kepalanya disandarkan ke pundak seorang rekan. Tangisnya pecah, tak kuasa mengingat cerita pilu tentang tragedi KanjuruhanMalang yang sangat kelam. 125 nyawa melayang dan ratusan orang terluka dalam tragedi 1 Oktober 2022 malam itu. Malam kelam dan mencekam.

Meski memegang tiket, Eko memilih tidak masuk ke dalam stadion untuk menonton pertandingan. Ia keliling di luar Stadion Kanjuruhan dan melihat banyak aparat keamanan berjaga. Di halaman luar dipasang layar besar nonton bareng bagi suporter yang tak masuk.

Tidak lama setelah peluit tanda berakhirnya pertandingan ditiup pengadil lapangan, Eko mendengar suara tembakan. Setidaknya lima kali suara letusan didengarnya. Ia mendekat ke pintu 10 Stadion Kanjuruhan dan mendengar suara banyak orang menggedor pintu disertai jeritan.

"Begitu pintu dibuka, saya lihat ada perempuan pingsan ditolong kawan--kawan. Setelah itu ternyata semakin banyak korban digotong keluar," kata Eko.

Ia menccoba masuk ke dalam stadion untuk membantu evakuasi korban. Di sektor 12 dan 14, dia melihat sudah banyak korban. Sayang, hanya pintu 14 yang terbuka hingga menyebabkan banyak orang berebut keluar. Mereka yang tenaganya masih kuat bahu membahu saling menyelamatkan.

"Saya lalu ke sektor 13 coba bantu di sana. Ya Allah, ternyata di situ sudah seperti kuburan bagi adik-adik saya," kata Eko. Tangisnya meledak, ia tak kuasa melanjutkan ceritanya.

Kepalanya kembali disandarkan ke pundak rekan yang duduk tepat di sampingnya. Lima menit kemudian, ia melanjutkan kisah kelam tragedi Stadion Kanjuruhan Sabtu malam itu.

"Perjuangan teman-teman yang masih punya tenaga saat itu luar biasa membantu evakuasi. Banyak tubuh anak kecil dan wanita. Semacam kuburan massal," tutur Eko.

Pengalaman tak kalah tragis juga dialami suporter Arema asal Probolinggo, M Syafii Hamdani alias Dani. Remaja 18 tahun ini menyaksikan sendiri temannya tewas terjatuh dan terinjak-injak massa dalam tragedi sepakbola di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Setidaknya ada tiga remaja asal Probolinggo meninggal dunia dalam tragedi berdarah itu. Mereka adalah Rifki Dwi Yulianto (19) warga Dusun Krajan Maron, Hasiq Rifai alias Bian (18) warga Kraksan, dan M Kindi Arumi Purnama (16) warga Desa Besuk Kidul.

Bian sendiri berangkat ke Stadion Kanjuruhan Malang dari kontrakannya di Malang bersama delapan temannya sekitar pukul 18.00 WIB. Ketiganya tercatat tengah kuliah di Malang. Sementara Bian baru sebulan kuliah di Unisma Malang.

"Sekitar pukul 8 malam sudah sampai. Di tribun saya ada di gate 10 dekat dengan Bian," ujar Dani, Senin (3/10/2022)

Awalnya kondisi di tribun baik-baik saja. Sampai akhirnya kericuhan terjadi usai pertandingan. "Saya tidak ikut-ikutan sama Bian. Saya berada di tribun bawah. Saat petugas diserang, petugas nyerang balik, lempar gas air mata ke tribun," paparnya.

Mereka terpisah saat mendekati pintu keluar tribun. Dani saat itu terjatuh dan kakinya tertindih supporter lain. Sementara Bian juga terjatuh dan terinjak-injak.

"Awalnya saya masih bisa lihat dia. Wajahnya sudah pucat, kayaknya sesak napas. Tapi, akhirnya posisi Bian di tengah. Saat saya mau keluar, saya lihat Bian sudah enggak ada, saya kira Bian sudah di luar," ucapnya.

Saat menyadari Bian tidak ada, Dani pun langsung mencari temanya itu di seputar stadion. Dia juga mencari Bian ke tiga rumah sakit terdekat sejak pukul 02.00 Minggu (2/10/2022). Dani akhirnya menemukan Bian sudah dievakuasi ke RS Wava Husada.

"Saya mencari Bian di tiga rumah sakit di Malang dan saya temukan di RS Wava Husada," ujarnya.

Pelatih Arema FC, Javier Roca, bercerita kepada media Spanyol tentang kengerian saat tragedi Kanjuruhan, Sabtu malam (1/10/2022). Insiden tersebut telah menyebabkan 125 orang meninggal dunia.

Javier Roca sempat menghadiri jumpa pers singkat usai pertandingan. Namun setelah kembali ke ruang ganti, pelatih asal Cile itu segera sadar ada sesuatu yang tak beres.

Tidak semua pemain berada di ruang ganti. Sebagian ternyata memilih bertahan di lapangan.

"Sepulang dari jumpa pers, saya pun melihat tragedi," kata Roca kepada Cadena Ser.

"Para pemain lewat dengan korban di pelukan mereka. Hasil pada akhirnya menentukan apa yang terjadi. Kalau kami bermain imbang, setidaknya ini tidak akan terjadi," ujarnya menambahkan.

Dalam perbincangan dengan Cadena, Roca menilai polisi telah bertindak di luar batas. Situasi bertambah buruk mengingat kondisi stadion yang tidak siap dalam mengantisipasi kericuhan pada malam itu.

"Ternyata stadion belum siap, mereka tidak menyangka terjadi kekacauan seperti ini. Belum ada kejadian seperti ini di stadion, dan itu berantakan karena banyaknya orang yang ingin melarikan diri," katanya.

"Saya pikir polisi melampaui batas mereka, meskipun saya tidak berada di luar sana dan tidak mengalami apa yang terjadi. Tapi melihat gambar, mereka bisa menggunakan teknik lain. Tidak hasil, seberapa penting pertandingannya, yang setara dengan kehilangan nyawa manusia," beber Roca.

Seorang suporter Arema bernama Rezki Wahyu menceritakan momen-momen mengerikan yang terjadi dalam tragedi Arema vs Persebaya lewat utas yang ditulis di akun Twitter miliknya @RezqiWahyu.

Menurut dia, situasi sepanjang pertandingan sebenarnya berjalan tertib. Hanya ada aksi psywar yang dilontarkan suporter ke pemain lawan. Namun kondisi berubah usai peluit panjang ditiup tanda akhir pertandingan yang dimenangkan Persebaya dengan skor 2-3.

Seorang suporter turun ke lapangan untuk memberikan motivasi dan kritik kepada pemain Arema. Kemudian diikuti oleh sejumlah suporter lainnya dan semakin ramai.

Aparat yang mulai kewalahan mengendalikan massa di lapangan kemudian bersikap lebih keras terhadap suporter yang membandel. Mereka memukulnya dengan tongkat panjang dan tameng, ada suporter yang dikeroyok, sampai menembakkan gas air mata.

"Tapi saat aparat memukul mundur suporter dari sisi selatan, suporter sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Aparat menembakkan beberapa kali gas air mata," katanya.

"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu tribun 10," tambah Reski.

Situasi ini membuat suporter panik dan semakin ricuh di atas tribun. Mereka berlarian mencari pintu keluar. Tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak oleh penonton yang ingin menyelamatkan diri.

Banyak ibu-ibu, wanita muda, orang tua dan anak-anak kecil yang terlihat sesak napas tak berdaya. Tidak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion di tengah kepungan gas air mata.

"Mereka juga terlihat sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," tuturnya.

Kondisi di luar stadion juga tak kalah mencekam. Tampak di luar banyak orang terkapar dan pingsan karena efek terjebak dalam stadion yang penuh gas air mata.

Banyak suporter lemas bergelimpangan. Terdengar teriakan makian, tangisan wanita, suporter berlumuran darah, hingga mobil-mobil hancur.

Sekitar pukul 22.30 WIB masih juga terjadi insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat. Suporter kesal karena aparat dianggap mengurung suporter di dalam stadion dengan puluhan gas air mata. Tembakan gas air mata kembali terjadi di luar stadion, tepatnya di sekitar tribun 2.

Peristiwa mencekam 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang ini menjadi kisah pilu bagi banyak orang, terutama yang hadir saat itu. Tragedi kelam menancap kuat di memori mereka. Para suporter berharap peristiwa itu diusut tuntas dan keadilan ditegakkan.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi tegas memerintahkan jajarannya melakukan investigasi tragedi Kanjuruhan sampai tuntas. Dia menegaskan, pelaku yang bersalah harus diberikan sanksi.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md kemudian membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengungkap tragedi Kanjuruhan. TIGPF yang dikomandoi Mahfud Md bersama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali ini memiliki 10 anggota dari berbagai latar belakang.

TGIPF memiliki waktu 30 hari untuk mengungkap tragedi sepakbola paling mematikan ketiga di dunia ini. Menurut Mahfud, TGIPF tidak hanya sekedar mencari adanya unsur pidana dalam kasus tragedi Kanjuruhan. Namun Jokowi meminta TGIPF bisa menuntaskan tugasnya kurang dari sebulan.

"Ya saya baru saja melapor kepada presiden terkait kerusuhan di Kanjuruhan itu. Pertama, TPF itu diminta segera bekerja, kalau bisa tidak sampai 1 bulan sudah bisa menyimpulkan," kata Mahfud usai bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/10/2022).

"Karena masalah besarnya sebenarnya sudah diketahui. Tinggal masalah-masalah detailnya yang itu bisa dikerjakan mungkin tidak sampai 1 bulan," sambungnya.

Paralel dengan ini, Polri telah meningkatkan status kasus kerusuhan usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang ini dari penyelidikan ke penyidikan. Keputusan ini diambil setelah polisi memeriksa 20 saksi terkait tragedi Kanjuruhan. Polisi menerapkan Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa.

Buntut tragedi ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat. Sementara Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta menonaktifkan jabatan Danyon, Danko, dan Danton Brimob Polda Jatim sebanyak sembilan orang. Semuanya diperiksa terkait tragedi Kanjuruhan.

Nico Afinta menyampaikan permohonan maaf atas pengamanan yang dilakukan saat penanganan pengendalian massa di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur hingga menyebabkan tragedi meninggalnya 125 jiwa.

"Saya sebagai Kapolda Jatim ikut prihatin, menyesal, sekaligus minta maaf di dalam proses pengamanan yang sedang berjalan ada kekurangan," tutur Nico di Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022).

Nico memastikan akan mengevaluasi tragedi Kanjuruhan Malang ini sehingga tidak lagi terjadi di kemudian hari.

"Ke depan kami akan mengevaluasi bersama-sama dengan panitia pelaksana kemudian PSSI. Sehingga harapannya pertandingan sepak bola ke depannya aman, nyaman, dan bisa menggerakkan ekonomi," ucap mantan Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya ini.


Tak Cukup Sanksi Etik, Seret yang Bersalah ke Pengadilan

Direktur Riset SETARA Institute, Halili Hasan menaruh harapan besar terhadap TGIPF pimpinan Mahfud Md untuk bisa mengungkap secara tuntas dan berkeadilan tragedi Kanjuruhan Malang.

"Tidak ada pilihan lain, tim ini harus memberikan jawaban seobjektif mungkin dan seterang-terangnya kepada publik mengenai Tragedi Kanjuruhan," ujar Halili saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (4/10/2022).

Dia optimistis TGIPF bisa lebih objektif mengungkap tragedi sepakbola paling mematikan di Indonesia ini. Sebab tidak ada figur yang secara langsung merepresentasikan TNI dan Polri dalam komposisi TGIPF.

"Di samping itu ada figur dengan integritas yang sudah diketahui publik, seperti Rhenald Kasali, sehingga objektivitas dalam kinerja dan hasil kajian diharapkan betul-betul menjawab sorotan publik terkait buruknya tata kelola pertandingan sepakbola yang berujung pada Tragedi Kanjuruhan," tuturnya.

Halili mengatakan, temuan TGIPF nantinya juga harus menjadi pijakan aparat penegak hukum untuk meminta pertanggungjawaban para pihak yang terlibat dalam tragedi ini. Menurut dia, sanksi etik saja tidak cukup diberikan kepada aparat yang bertanggung jawab dalam peristiwa kelam ini.

"Sanksi pencopotan hingga pidana harus diberikan jika memang ada bukti pendukung. Kemungkinan itu jangan ditutup dan hanya dilokalisir pada pemberian sanksi etik," ucap dia.

Ke depan dia berharap tata kelola pertandingan sepakbola harus lebih mengedepankan profesionalitas serta mitigasi kerentanan, sehingga kejadian tragis serupa tidak terulang lagi.

"Di samping itu, pendekatan represif dan penggunaan alat-alat kekerasan dalam penanganan massa dalam pertandingan sepkabola harus dihentikan. Gas air mata bukan saja tidak boleh digunakan, bahkan jangan lagi dibawa ke dalam stadion," kata Halili.

Sementara Peneliti Sektor Keamanan SETARA Institute, Ikhsan Yosarie menyatakan tragedi ini menunjukkan kegagalan negara menjaga keamanan, bahkan dalam konteks yang sangat sempit yaitu di stadion sepakbola.

"Kapabilitas aparatur keamanan dalam penanganan isu keamanan dan penanganan massa di stadion pada Tragedi Kanjuruhan benar-benar dipertanyakan. Dari video pasca-pertandingan yang beredar, tampak bahwa banyak aparat dengan seragam TNI yang melakukan tindakan represif berupa tendangan dan pukulan untuk menghalau penonton yang masuk ke lapangan," kata Ikhsan dalam keterangan pers, Selasa (4/10/2022).

Ikhsan melihat, pendekatan penanganan represif justru memantik keberingasan massa dan meningkatkan eskalasi. Dalam konteks ini, patut dipertanyakan kapasitas Polri sebagai penanggung jawab utama keamanan dan kapabilitas panitia penyelenggara dalam tata kelola penyelenggaraan pertandingan, terlebih hadirnya kelompok yang diduga anggota TNI.

"SETARA Institute mendesak agar mekanisme pembantuan TNI dalam penjagaan keamanan dan penanganan kerusuhan dalam helatan pertandingan sepakbola ditinjau ulang," ucapnya.

Dia juga mendesak, pemerintah bisa fokus melakukan evaluasi holistik dan komprehensif atas prosedur pengamanan dalam penyelenggaraan sepakbola di Indonesia, bukan malah mencemaskan sanksi FIFA.

"Berulangnya tragedi kemanusiaan dalam sepakbola nasional, dengan puncak terkelam Tragedi Kanjuruhan, merupakan peringatan sangat keras kepada pemerintah agar peristiwa serupa tidak terulang. Sebab, tidak ada perhelatan sepakbola apapun yang lebih berharga dari nyawa warga negara, nyawa manusia," kata Ikhsan menandaskan.

Amnesty International Indonesia berharap TGIPF mampu menginvestigasi secara independen, terbuka dan menyeluruh unsur pelanggaran HAM, etik, dan pidana dari tragedi Kanjuruhan.

"Yang paling penting, tim harus mampu mengungkap fakta di balik penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan, bagaimana kekuatan yang eksesif ini bisa memunculkan pelanggaran hak asasi," tutur Nurina Savitri, Media and Campaign Manager Amnesty International Indonesia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (4/10/2022).

Dia mengajak publik terus mengawal investigasi tragedi Kanjuruhan ini. Dia berharap perhatian besar publik baik nasional maupun internasional dapat mendorong agar korban dan keluarganya benar-benar mendapat keadilan.

"Tentu kita berharap yang terbaik dari tim ini, namun pengalaman selama ini menunjukkan bawah temuan yang muncul dari tim semacam ini seringkali diabaikan atau tidak ditindaklanjuti dengan benar," katanya.

Amnesty mendorong penegak hukum tidak hanya memproses secara etik pelanggaran yang ditemukan dalam tragedi sepakbola paling mematikan di Asia ini. Siapapun yang terbukti bersalah harus dijerat secara pidana dan diadili di meja hijau.

"Ranah pidana tentu perlu. Justru kalau ini hanya diproses secara etik atau administratif akan semakin melanggengkan impunitas," katanya menandaskan.

Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) juga menyayangkan 28 personel Polri yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan hanya diperiksa berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik. Padahal, menurut ICJR, tragedi ini sudah masuk pidana.

Direktur Eksekutif ICJR Erasmus Napitupulu mendesak agar para personel Polri yang diduga terlibat tragedi Kanjuruhan diseret ke pengadilan. Pasalnya, tindakan mereka menyebabkan meninggalnya ratusan suporter Aremania.

"Sayangnya, pemeriksaan tersebut diarahkan sebagai pemeriksaan kode etik. ICJR menegaskan bahwa tragedi ini bukanlah bentuk pelanggaran etik, melainkan sudah memasuki ranah pidana karena jatuhnya korban jiwa terjadi karena penggunaan kekuatan yang belebihan," ujar Erasmus dalam keterangannya yang diterima Liputan6.com, Selasa (4/10/2022).

Menurut Erasmus penggunaan kekuatan yang berlebihan atau excessive use of power yang tidak proporsional dan menyebabkan kematian, sudah seharusnya diusut menggunakan jalur pidana.

"Sangat penting bagi Polri untuk dapat memeriksa kasus ini dengan imparsial dan akuntabel, walaupun aktor-aktor yang terlibat adalah bagian dari kesatuan sendiri," kata dia.

Menurut Erasmus, selain pelanggaran Pasal 359 dan 360 KUHP, menyebabkan kematian karena kealpaan. Pasal 338 KUHP yang berkaitan dengan pembunuhan pun harus diusut oleh Polri dalam tragedi ini.

"Beberapa kronologi yang diperoleh dari pemberitaan media maupun citizen journalism menunjukkan bahwa buruknya kontrol konflik massa yang dilakukan Polri sebagai penanggung jawab pengamanan di dalam stadion ketika peristiwa tersebut terjadi, menyebabkan orang-orang menuju pintu keluar pada waktu yang sama dan menimbulkan kepadatan," kata dia.

Dia menyebut, dalam beberapa video yang beredar, terlihat adanya penggunaan gas air mata, walaupun FIFA sudah melarangnya. Gas air mata tersebut juga diarahkan ke arah tribun penonton yang diketahui bukan pihak yang menimbulkan kerusuhan.

"Kematian pun terjadi karena banyak orang terinjak-injak dan mengalami sesak napas pada saat keluar stadion karena menghindari gas air mata yang terus diberikan aparat. Bahkan, sempat beredar video yang menunjukkan supporter memohon pihak pengamanan untuk tidak melemparkan gas air mata kepada penonton," kata Erasmus.

Dari kronologi tersebut, menurut Erasmus, dapat dilihat bahwa kematian para penonton tersebut bukanlah permasalahan kode etik, melainkan sudah menjadi perbuatan pidana.

"Peristiwa ini harus menjadi titik balik Kepolisian untuk dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena tidak seluruh kesalahan yang dilakukan personel adalah pelanggaran kode etik," ucapnya menandaskan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Amnesty Internasional, Usman Hamid mengatakan bahwa kematian ratusan orang dalam tragedi Kanjuruhan akibat kerusuhan dan gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan. Tindakan represif itu dinilai memiliki unsur pelanggaran HAM.

Ia pun meminta pemerintah dan TGIPF yang dikepalai Menko Polhukam Mahfud Md segera menindak pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Usman mengatakan, dalam tragedi ini, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta patut dimintai tanggung jawab, bahkan dicopot. Pencopotan disertai alasan karena Nico memegang unsur keamanan tertinggi di wilayah Jatim, sehingga harus bertanggung jawab penuh atas keselamatan masyarakat, termasuk di Stadion Kanjuruhan.

"Kapolda Jawa Timur layak dimintai tanggung jawab termasuk dicopot, jika memang gagal atau tidak mengambil tindakan yang layak dan diperlukan untuk mencegah kejadian tersebut, atau tidak segera menindak anggotanya yang menyebabkan banyak kematian warga," kata Usman Hamid dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (4/10/2022).

Ia juga menyentil Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memantau dan memeriksa kinerja anak buahnya di lapangan. "Bahkan Kapolri harus dimintai tanggung jawab atas banyaknya masalah kepolisian, terutama rendahnya kinerja Polri," ujar Usman.

Usman menjelaskan, kematian ratusan orang di Stadion Kanjuruhan seharusnya tak perlu terjadi jika aparat mengetahui pengamanan sesuai prosedur. Ia pun meminta Kapolda Jawa Timur dan Ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan harus mundur sebagai dampak keteledoran mereka.

"Semua pihak yang bertanggung jawab atas kejadian itu, termasuk Ketua PSSI, seharusnya mundur. Sebab ini sudah berskala tragedi nasional bahkan tragedi dunia," katanya memungkasi.


Kenapa Harus Tembakkan Gas Air Mata?

Pakar keamanan dari Amerika Serikat (AS) turut menyoroti pengendalian massa yang dilakukan aparat keamanan dalam tragedi Kanjuruhan Malang. Kerusuhan usai laga Arema melawan Persebaya itu, berpotensi menodai reputasi Indonesia di dunia internasional, termasuk sepakbolanya.

Pihak berwenang lantas disarankan berbenah agar memperbaiki prosedur keamanan. Pandangan ini diberikan oleh Paul Wertheimer, pemimpin dari Crowd Management Strategies.

"Ini tentunya menodai reputasi negara tersebut dan menodai sepak bola di sana. Mereka tak bisa lari dari itu," ujar Paul Wertheimer kepada AFP, seperti dilansir France24, Senin (3/10/2022).

Indonesia lantas akan dilihat apakah akan belajar dari tragedi Kanjuruhan Malang ini atau tidak, serta menghasilkan standar yang akan membuat dunia terkesan.

Ada beberapa hal yang disorot oleh Wertheimer, salah satunya penggunaan gas air mata.

"Hal pertama yang saya pikirkan adalah: kenapa gas air mata digunakan?" ujarnya.

Selain itu, Wertheimer turut menyorot potensi kesalahan lain seperti overcrowding dan gagalnya pengendalian kerumunan.

FIFA telah melarang penggunaan gas air mata di stadion, namun pilihan itu diambil aparat setelah ribuan supporter Arema FC menyerbu masuk ke lapangan setelah tim favorit mereka kalah 3-2 melawan Persebaya.

Situasi semakin kacau dan penonton lain berlarian ketika polisi mulai menggunakan gas air mata. Banyak orang yang terinjak-injak, dan totalnya ada 125 orang meninggal dunia serta ratusan lainnya terluka.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan ini merupakan tragedi sepak bola paling mematikan di Asia. Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah memerintahkan adanya investigasi serta santunan untuk para korban.

Federasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai ada kesalahan aparat keamanan yang menyebabkan tragedi Stadion Kanjuruhan Malang sehingga jatuh banyak korban jiwa.

Koordinator Federasi Kontras, Andi Irfan mengatakan, tragedi Stadion Kanjuruhan Malang disebabkan kelalaian panitia pelaksana dan tindakan berlebihan dari aparat keamanan. Pemerintah harus memberikan keadilan terhadap seluruh korban.

"Ada kelalaian karena jumlah penonton melebihi kapasitas, ditambah tindakan berlebihan kepolisian," kata Andi di Malang, Senin, 3 Oktober 2022.

Federasi Kontras menggali data bersama Aremania. Dari data awal, ada dugaan kelalaian Panpel terkait keamanan penonton. Pintu di gate 13 tak kunjung dibuka begitu pertandingan Arema lawan Persebaya berakhir. Akibatnya, banyak penonton terjebak di dalam stadion begitu terjadi kekacauan.

Andi menambahkan, ada kesalahan Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh aparat keamanan sebab kepolisian gegabah menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa. Hal itu melanggar aturan, tak hanya regulasi FIFA tapi juga Hak Asasi Manusia (HAM).

"Tembakan gas air mata jadi sumber utama jatuhnya banyak korban jiwa," ujar Andi.

Berdasarkan keterangan saksi suporter, lanjut dia, mereka masuk ke dalam lapangan bukan untuk melakukan kekerasan. Tapi direspons aparat berlebihan yang memicu terjadinya tragedi tersebut. Ada banyak perempuan dan anak-anak jadi korban.

"Polisi dilatih untuk mencegah jatuhnya korban, melindungi. Tapi kemarin yang terjadi malah sebaliknya," ucapnya.

Federasi Kontras mendesak Kapolri, Jenderal Listyo Sigit meminta maaf atas kejadian tersebut. Serta memecat Kapolda Jatim dan Kapolres Malang karena tragedi itu. Pernyataan pimpinan kepolisian selama ini terkesan membela diri, tak mengakui adanya kesalahan.

Lebih lanjut, Federasi Kontras meminta penggalian data korban harusnya melibatkan Aremania. Sebab banyak korban yang langsung pulang ke rumah dan datanya tak tercatat. Di luar daerah seperti Pasuruan dan Probolinggo, banyak juga korban jiwa yang tak tersentuh pemerintah.

"Jumlah korban diperkirakan jauh lebih banyak dari versi pemerintah. Libatkan Aremania di berbagai daerah," ucapnya.

Ia mendorong lembaga negara seperti Komnas HAM dan LPSK membentuk tim verifikasi. Serta terlibat sebagai tim independen penyelidikan tragedi Stadion Kanjuruhan. Itu memastikan penyelidikan berjalan secara terbuka dan independen.

"Libatkan juga komunitas Aremania untuk memverifikasi tiap informasi," kata Andi.

Peristiwa ini mengingatkan pada tragedi sepakbola paling mematikan dalam sejarah yang terjadi di Peru pada 1946 silam. Amnesty International Indonesia menyesalkan tindakan represif aparat saat mengendalikan massa dalam tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang.

"Penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan negara untuk mengatasi atau mengendalikan massa seperti itu tidak bisa dibenarkan sama sekali," ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).

"Tragedi ini mengingatkan kita pada tragedi sepak bola serupa di Peru tahun 1964 di mana saat itu lebih dari 300 orang tewas akibat tembakan gas air mata yang diarahkan polisi ke kerumunan massa lalu membuat ratusan penonton berdesak-desakan dan mengalami kekurangan oksigen," imbuhnya.

Menurut Usman, tragedi di Malang ini tidak seharusnya terjadi jika aparat keamanan memahami betul aturan penggunaan gas air mata. Kendati dia juga menyadari aparat keamanan sering menghadapi situasi yang kompleks dalam menjalankan tugasnya.

"Tapi mereka harus memastikan penghormatan penuh atas hak untuk hidup dan keamanan semua orang, termasuk orang yang dicurigai melakukan kerusuhan," kata dia.

Sekretaris Jendral PSSI Yunus Nusi mengungkap alasan aparat keamanan melepaskan tembakan gas air mata saat insiden pecah. Menurutnya, langkah itu sudah dipertimbangkan oleh pihak keamanan demi mengantisipasi serbuan suporter.

"Begitu cepat kejadiannya, sehingga pihak keamanan mengambil langkah-langkah yang tentu dari mereka sendiri telah dipikirkan dengan baik," ujar Yunus Nusi dalam konferensi pers di Stadion Madya Senayan, Minggu (2/10/2022).

"Memang kita lihat bersama, pascapertandingan itu, dari suporter banyak yang turun ke lapangan, (kemudian) pihak keamanan mengambil langkah-langkah antisipasi," sambungnya dalam kesempatan yang sama.

Polri sendiri telah melakukan pemeriksaan internal terhadap 18 anggota terkait penggunaan gas air mata saat tragedi Stadion Kanjuruhan. Hal itu menyusul banyaknya respons dan kritik terkait langkah pengendalian massa aparat di lapangan.

"Tim dari permeriksa Bareskrim untuk secara internal, tim dari Itsus dan Propam sudah melakukan pemeriksaan, dan ini dilanjutkan pemeriksaan, memeriksa anggota yang terlibat langsung dalam pengamanan, sudah dilakukan pemeriksaan terhadap 18 orang anggota yang bertanggung jawab atau sebagai operator pemegang senjata pelontar," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022).

Menurut Dedi, Inspektorat Khusus (Itsus) dan Propam Polri masih terus mengumpulkan keterangan dan mendalami perihal penggunaan gas air mata oleh petugas.

"Kemudian juga saat ini mendalami terkait masalah manajer pengamanan, mulai dari pangkat perwira sampai dengan Pamen, sedang didalami," kata Dedi.


Usut Komando di Lapangan hingga Perubahan Jadwal Pertandingan

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mulai mengusut tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa. Salah satu yang diusut mengenai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya yang tetap digelar malam hari.

TGIPF juga akan menemui pihak yang bertanggung jawab dalam pertandingan itu, hingga saksi-saksi yang berada di lapangan usai pertandingan derby Jawa Timur.

"Kita harus menemui, melihat lapangan, menemui siapa yang menyaksikan, siapa yang memberi komando, jaringannya dengan siapa kok bisa apa namanya jadwal pertandingan yang diusulkan sore kok tetap di malam kan itu ada jaringan-jaringan, jaringan bisnis, ada jaringan periklanan ya nanti kita lihat," kata Menko Polhukam Mahfud Md di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/10/2022).

TGIPF yang dipimpin Mahfud itu akan menggelar rapat pada Selasa malam ini untuk memetakan dan mengidentifikasi masalah di Stadion Kanjuruhan. TGIPF juga akan melakukan pembagian tugas.

"Nanti malam pertama kali, pertama memahami tugas sesuai dengan keppres, lalu yang kedua akan memetakan dan mengidentifikasi masalah. yang ketiga bagi tugas. sesudah itu nanti kesimpulan-kesimpulan," kata Mahfud.

Dia menjelaskan, pembagian tugas TGIPF seperti menemui saksi-saksi, mendatangi tempat kejadian, hingga berbicara dengan pemangku kepentingan. Hasil ini TGIPF ditargetkan rampung kurang dari sebulan.

"Bagi tugas itu bisa memanggil orang, bisa mendatangi tempat, itu kan harus dibagi, karena kan itu ada banyak pihak. Ada yang harus ke FIFA, ada yang harus ke Polri, ada yang harus ke desa, ada yang harus ke lapangan dan sebagainya, dan ada yang mempelajari peraturan UU nya. Itu kan nanti bagi-bagi tugas," tuturnya.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) terkait TGIPF Tragedi Kanjuruhan. Tim yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud Md ini dibentuk untuk mengusut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

"Keppresnya akan dikeluarkan hari ini, keppres (TGIPF) sehingga kami punya dasar untuk rapat," kata Mahfud usai bertemu Presiden Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Dia menjelaskan, Keppres dibutuhkan karena saat ini setiap institusi memiliki tim investigasi sendiri. Dengan adanya Keppres, kata Mahfud, tim di masing-masing akan saling berkoordinasi dengan TGIPF dalam mengusut tragedi Kanjuruhan.

"Misal, Menpora punya tim, PSSI punya tim, Irwasum punya tim, itu bagus untuk menyelidiki itu agar terang, lalu nanti dikoordinasikan dengan kami di sini di Kemenko Polhukam tim yang dibentuk oleh presiden," ujarnya.


Evaluasi Semua Jajaran di Polda Jatim

Sebelumnya, Mahfud Md menyebut bahwa Presiden Jokowi memerintahkan agar Polri mengevaluasi jajaran di Polda Jawa Timur buntut tragedi tewasnya ratusan orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

"Polri juga diminta melakukan evaluasi terhadap semua jabatan di Polda Jawa Timur. Itu tadi keputusannya," ujar Mahfud dalam keterangannya, Senin (3/10/2022).

Evaluasi jajaran Polda Jatim harus dilakukan untuk menemukan berbagai kemungkinan terkait tragedi sepakbola ini. Menurut Mahfud, bisa saja di balik peristiwa tersebut ada dalang yang diduga menjadi otak, sehingga tragedi kelam ini terjadi.

"Kan mungkin saja, nanti ditemukan hal yang sesudah diselidiki ini ada tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang lebih besar, bukan pelaku lapangan, mungkin, ya mungkin," kata Mahfud.

Sementara itu, Polri masih melakukan pendalaman terkait tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Sejauh ini, ada 28 polisi yang diperiksa atas dugaan pelanggaran etik dalam bertugas.

"Dari hasil pemeriksaan Itsus Itwasum Polri dan Biro Paminal juga melakukan pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik anggota Polri sebanyak 28 personel Polri. Ini pun masih dalam proses pemeriksaan," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022).

Selain upaya penegakan sanksi atau punishment, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga memberikan penghargaan alias reward kepada dua anggota Polri yang gugur dalam melaksanakan tugas.

"Dan kemarin dua anggota Polri tersebut sudah dimakamkan secara kedinasan dan sudah dinaikkan pangkat luar biasa anumerta, setingkat lebih tinggi," kata Dedi.

Kedua polisi tersebut adalah Bripka Andik anggota Polsek Sumbergempol Polres Tulungagung, dan Briptu Fajar Yoyok anggota Polsek Dongko, Polres Trenggalek.

Adapun Kapolri memberikan punishment dengan mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat buntut tragedi Stadion Kanjuruhan. Berdasarkan surat telegram nomor ST 2098/X/KEP/2022, Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dimutasikan sebagai pamen SSDM Polri dan digantikan oleh AKBP Putu Kholis yang sebelumnya menjabat Kapolres Tanjung Priok Polda Metro Jaya.

Sementara Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta juga melakukan penonaktifan jabatan Danyon, Danki dan Danton Brimob sebanyak sembilan orang.

"Danyon atas nama AKBP Agus Waluyo, kemudian Danki AKP Hasdarman, kemudian Danton Auptu M Solihin, Aiptu M Samsul, kemudian Aiptu Ari Dwiyanto, kemudian Danki AKP Untung, Dantot AKP Danang, Danton AKP Nanang, kemudian Danton Aiptu Budi. Semuanya masih dalam pemeriksaan oleh tim malam ini," kata Dedi soal Tragedi Kanjuruhan.

Kapolda Jatim Minta Maaf

Kapolda Jawa Timur Minta Maaf Atas Pengamanan Stadion Kanjuruhan

Liputan6.com 2022-10-04 14:35:34
Polisi menembakkan gas air mata saat kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Menurut Kapolda Jawa Timur Irj

Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta menyampaikan permohonan maaf atas pengamanan yang dilakukan saat penanganan pengendalian massa di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, hingga terjadi tragedi meninggalnya 125 jiwa.

"Saya sebagai Kapolda Jatim ikut prihatin, menyesal, sekaligus minta maaf di dalam proses pengamanan yang sedang berjalan ada kekurangan," tutur Nico di Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022).

Nico memastikan adanya evaluasi atas tragedi Kanjuruhan Malang sehingga tidak lagi terjadi di kemudian hari.

"Ke depan kami akan mengevaluasi bersama-sama dengan panitia pelaksana kemudian PSSI. Sehingga harapannya pertandingan sepak bola ke depannya aman, nyaman, dan bisa menggerakkan ekonomi," kata Nico.

Polri resmi menaikkan status kasus kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, dari penyelidikan ke tahap penyidikan. Hal ini dilakukan usai polisi memeriksa 20 saksi.

"Dari hasil pemeriksaan saksi tersebut, tim melakukan gelar perkara. Dari hasil gelar perkara, meningkatkan status dari penyelidikan, sekarang statusnya sudah penyidikan," ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo dalam jumpa pers tragedi Kanjuruhan, di Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022).

Menurut dia, kasus ini terkait dengan Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP tentang Kelalaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa.

Dedi mengatakan, Polri bekerja secara cepat dalam mengusur perkara ini sesuai dengan perintah Kapolri dan Presiden Jokowi. Namun, lanjut dia, Polri tetap berhati-hati dalam proses pembuktian.

"Kapolri perintahkan kerja secara cepat, namun demikian unsur ketelitian, kehati-hatian dan proses pembuktian secara ilmiah juga menjadi standar tim ini bekerja. Tim ini melakukan pemeriksaan terkait penerapan Pasal 359 dan 360 KUHP dengan melakukan pemeriksan 20 saksi," tutur Dedi.


Kapolres Malang Dicopot

Menyusul dari hal tersebut, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo pun mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat buntut tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

"Malam hari ini juga Bapak Kapolri mengambil suatu keputusan yang memutuskan berdasarkan surat telegram nomor ST 2098/X/KEP/2022, menonaktifkan sekaligus mengganti Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dimutasikan sebagai pamen SSDM Polri, dan digantikan oleh AKBP Putu Kholis yang sebelumnya menjabat Kapolres Tanjung Priok Polda Metro Jaya," kata Dedi.

Selain itu, lanjut Dedi, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta juga melakukan penonaktifan jabatan Danyon, Danki dan Danton Brimob sebanyak sembilan orang.

"Danyon atas nama AKBP Agus Waluyo, kemudian Danki AKP Hasdarman, kemudian Danton Auptu M Solihin, Aiptu M Samsul, kemudian Aiptu Ari Dwiyanto, kemudian Danki AKP Untung, Dantot AKP Danang, Danton AKP Nanang, kemudian Danton Aiptu Budi. Semuanya masih dalam pemeriksaan oleh tim malam ini," jelasnya soal Tragedi Kanjuruhan.


28 Polisi Diperiksa

Polri sendiri terus melakukan pendalaman terkait tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Sejauh ini, sudah ada 28 polisi yang diperiksa atas dugaan pelanggaran etik dalam bertugas.

"Dari hasil pemeriksaan Itsus Itwasum Polri dan Biro Paminal juga melakukan pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik anggota Polri sebanyak 28 personel Polri. Ini pun masih dalam proses pemeriksaan," terang Dedi.

Selain upaya penegakan sanksi atau punishment, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga memberikan penghargaan alias reward kepada dua anggota Polri yang gugur dalam melaksanakan tugas.

"Dan kemarin dua anggota Polri tersebut sudah dimakamkan secara kedinasan dan sudah dinaikkan pangkat luar biasa anumerta, setingkat lebih tinggi," kata Dedi.

Adapun kedua polisi tersebut adalah Bripka Andik anggota Polsek Sumbergempol Polres Tulungagung, dan Briptu Fajar Yoyok anggota Polsek Dongko, Polres Trenggalek.

Bukti Senjata Api di Kasus Ferdy Sambo

Penampakan Barang Bukti Kasus Ferdy Sambo Cs, Banyak Senjata Api

Liputan6.com 2022-10-04 13:19:25
Penampakan barang bukti kasus pembunuhan Brigadir J (Foto: dokumentasi Dittipidum Bareskrim Polri).

Polri melimpahkan barang bukti kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J ke Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Di antaranya ada senjata api jenis pistol hingga laras panjang.

"Barang buktinya banyak, dikemas dalam beberapa kontainer plastik," tutur Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi kepada wartawan, Selasa (4/10/2022).

Berdasarkan dokumentasi foto, tampak ada empat pistol dan sebuah senjata api laras panjang. Terlihat juga butiran peluru di dalam kontainer plastik.

Magazen pun tampak dikeluarkan dari senjata api tanpa terisi peluru. Selain berwarna hitam, salah satu pistol terlihat berwarna cokelat dengan hiasan gagang putih.

Selain senjata api, ada juga barang bukti dalam bentuk dokumen lembaran kertas dengan ketebalan berebeda.

Sebelumnya, Polri menjadwalkan penyerahan barang bukti kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J ke Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dalam proses pelimpahan Tahap II hari ini, Selasa (4/10/2022). Adapun untuk para tersangka yakni Ferdy Sambo dan lainnya akan diserahkan sehari setelahnya.

"Hari ini rencana barang bukti dulu sesuai kesepakatan," tutur Kabareskrim Polri Komjen Agus Andiranto kepada wartawan terkait teknis pelimpahan Tahap II kasus kematian Brigadir J.

Menurut Agus, penyidik Polri dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah berkoordinasi dan menentukan waktu dan tempat pelimpahan Tahap II, yakni penyerahan tersangka dan barang bukti kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J dan obstruction of justice dalam perkara tersebut. Seluruhnya akan dilakukan di Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.

"Besok tersangkanya," kata Agus.


Pelimpahan Tahap II pada Rabu 5 Oktober

Pelimpahan Tahap II yakni penyerahan barang bukti dan tersangka kasus kematian Brigadir J ditunda hingga Rabu, 5 Oktober 2022. Adapun para tersangka dugaan pembunuhan berencana adalah Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Maruf.

Sementara untuk tersangka perkara obstruction of justice ada tujuh orang, dengan empat polisi di antaranya telah menjalani sidang etik dengan putusan PTDH atau pemecatan, yakni Irjen Ferdy Sambo, Kompol Chuck Putranto, Kompol Baiquni Wibowo, dan Kombes Agus Nurpatria.

Kemudian tiga tersangka obstruction of justice lainnya adalah mantan Karo Paminal Divisi Propam Polri Brigjen Pol Hendra Kurniawan, mantan Wakaden B Biropaminal Divisi Propam Polri AKBP Arif Rahman Arifin, dan mantan Kasub Unit I Sub Direktorat III Dittipidum Bareskrim Polri AKP Irfan Widyanto

"Penundaan ini dari komunikasi dua pihak. Dari penyidik dari JPU sepakat untuk penyerahan Tahap II-nya dilaksanakan Rabu, 5 Oktober," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022).

Menurut Dedi, untuk tempat penyerahannya sendiri juga masih dikomunikasikan antara penyidik Polri dengan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

"Tempatnya kan masih dikomunikasikan, jaksa mintanya di Kejari Jaksel. Dari kita kan pidananya sebagian besar kan di Bareskrim. Daripada bolak balik, ya terserah nanti kalau diserahkan Tahap II-nya di Kejari Jaksel, balik lagi penahanannya di Rutan Bareskrim," jelas dia.

Namun begitu, Dedi menyatakan bahwa pihaknya tetap mengikuti kejaksaan terkait tempat pelimpahan Tahap II kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J.

"Tempatnya masih menunggu, tapi tetap andaikata tetap diserahkan ke Kejari Jaksel tetap diproses. Tapi untuk penahanan kan tetap di Bareskrim. Sementara untuk Rutannya di Bareskrim. Apabila jaksa maunya di sana ya kita pertimbangkan lebih lanjut. Kalau sudah tahap kedua kan kewenangannya sudah full di kejaksaan," Dedi menandaskan.


Kejagung: Safe House untuk Jaksa Kasus Ferdy Sambo Belum Diperlukan

Kejaksaan Agung berkoordinasi dengan kepolisian untuk memastikan keamanan jaksa penuntut umum (JPU) yang bertugas menangani kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Hal itu dilakukan agar para jaksa tersebut terhindar dari ancaman atau pun teror.

"Teknis nanti Pak Jampidum akan berkoordinasi dengan kepolisian," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung RI Ketut Sumedana dikonfirmasi di Jakarta, Senin (3/10/2022).

Ketut setuju dengan pendapat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD yang menyarankan agar jaksa yang menangani kasus Ferdy Sambo adalah jaksa terpilih dan dikarantina guna menghindari teror.

Menurut Ketut, untuk pemilihan jaksa terbaik dalam menangani perkara tersebut memang diharuskan.

"Jaksa harus mempunyai pengalaman, kapasitas dan integritas sehingga mempunyai sikap profesionalisme," katanya.

Terkait pengamanan jaksa, lanjut Ketut, hal itu juga penting dipertimbangkan mengingat kasus tersebut menarik perhatian masyarakat, sehingga perlu dipastikan jaksa penuntut umum yang mengawal pembuktian kasus tersebut bisa bekerja secara nyaman, tanpa intervensi dan ancaman.

"JPU yang menangani juga lebih nyaman, begitu juga keluarganya sehingga tidak ada tekanan dalam proses persidangan," kata Ketut.

Untuk itu, kata Ketut, pihak Jampidum akan berkoordinasi dengan kepolisian untuk proses pengamanan di persidangan.

"Kalau safe house (penjagaan rumah) belum diperlukan," ujar Ketut.

Kondisi Terkini Lesti Kejora

Lesti Kejora Dikabarkan Sudah Pulang dari RS, Soimah Ungkap Kondisi Terkininya

Liputan6.com 2022-10-04 10:44:12
Lesti Kejora. (Foto: Dok. Instagram @lestykejora)

Setelah dirawat selama beberapa hari akibat dugaan KDRT, Lesti Kejora dikabarkan sudah diperkenankan pulang dari rumah sakit pada Senin (3/10/2022).

Soimah, sebagai salah satu orang terdekat Lesti Kejora, terus memantau kondisi ibunda Baby L tersebut meski dia sedang tak berada di Jakarta.

"Baik-baik aja alhamdulillah di rumah. Ketemu belum karena aku lagi di Yogya," kata Soimah dikutip dari TikTok Tia Khadri, Selasa (4/10/2022).

Soimah pun mengungkap kondisi terkini Kesti Kejora. Keadaan istri Rizky Billar tersebut berangsur membaik dan sedang menjalani masa pemulihan.

"Tapi kemarin sudah teleponan alhamdulillah kondisinya aman-aman, sambil istirahat, sambil pemulihan alhamdulillah," tuturnya.


Kecewa

Selanjutnya, penyanyi asal Yogyakarta ini pun mengungkap kekecewaannya pada Rizky Billar. Soimah terkejut dan tak menyangka ada kasus dugaan KDRT dalam rumah tangga mereka.

"Kecewa enggak? Kecewa banget. Kecewa banget, banget," ungkap Soimah.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Menguatkan

Sebelumnya, dalam unggahan di Instagram, Soimah sempat menguatkan hati Lesti Kejora. Dia yakin ibu satu anak itu dapat melewati ujian dengan baik.

"Percayalah, bahwa setelah ini kamu semakin kuat, dan lebih bermartabat, biarkan semua masalah lewat, biarkan, lepaskan," ungkap Soimah, Sabtu (2/210/2022).


Nasihat

Dia juga menyarankan Lesti Kejora untuk membuang serta mengubur dalam-dalam memori pahit yang menimpanya. Dengan begitu, dia dapat menjalani hidup dengan lebih baik.

"Sehingga tdk muncul lagi di hadapanmu orang2 dan hal2 yg tidak berguna buat hidupmu," ungkap pedangdut asal Yogyakarta tersebut.

Kabur Usai Polisi Datang Olah TKP

Rizky Billar Disebut Langsung Pergi dari Rumah Setelah Polisi Datang untuk Lakukan Olah TKP

Liputan6.com 2022-10-04 09:18:45
Kacamata hitam sepertinya sudah menjadi andalan Rizky Billar. Kali ini pemain sinetron Jangan Panggil Gue Pak Haji itu tampil dengan gaya kasual lengkap mengenakan kacamata hitam. Penampilann

Polisi terus bergerak menelusuri fakta terkait laporan Lesti Kejora yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga alias KDRT oleh suaminya, Rizky Billar.

Setelah memeriksa saksi dan mengumpulkan alat bukti, polisi menambah fakta penguat dengan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di kediaman Lesty Kejora dan Rizky Billar.

Proses olah TKP dilakukan polisi di rumah Lesti Kejora dan Rizky Billar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Senin, 3 Oktober 2022. Yuni, Ketua RT di lingkungan rumah pasangan yang sudah dikaruniai satu anak itu, menjadi saksi dalam olah TKP.

Kepada pewarta, Yuni mengatakan Rizky Billar tak mengikuti proses olah TKP terkait kasus KDRT yang dialami Lesti Kejora yang dilakukan polisi. Justru, beber Yuni, bintang sinetron Jodoh Wasiat Bapak keluar dari rumah saat polisi tiba di rumahnya.


Rizky Billar Langsung Keluar Rumah

"Billarnya pas saya datang itu dia keluar. (Sewaktu polisi masuk Rizky Billar keluar) ya dia keluar," kata Yeni ditemui di lokasi olah TKP yang merupakan kediaman Lesti Kejora dan Rizky Billar.

Dikatakan Yuni, saat proses olah TKP berjalan, hanya dirinya bersama kakak Rizky Billar yang ikut menemani polisi menyisir area rumah mewah berlantai dua tersebut.


Kakak Rizky Billar Ada Sampai Selesai

Yeni menjelaskan, kakak Rizky Billar justru menemani polisi hingga semua proses olah TKP di area rumah selesai dilakukan.

Hingga proses olah TKP selesai dilakukan polisi, Rizky Billar sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.

"(Rizky Billar tidak mengikuti proses olah TKP) nggak ikut, cuma kakaknya aja," Yeni menambahkan.


Laporan Polisi

Seperti diberitakan sebelumnya, Rizky Billar diduga melakukan KDRT kepada sang istri, Lesti Kejora. Ini diketahui setelah Lesti Kejora membuat laporan polisi ke Polres Metro Jakarta Selatan pada Rabu 27 September 2022.

Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi membenarkan adanya laporan polisi (LP) tersebut. "Dia (Lesti) melaporkan suaminya karena dia (mengaku) jadi korban KDRT. Laporan dibuat semalam," kata Nurma saat dihubungi, Kamis 29 September 2022.

Nurma menerangkan, barang bukti yang diserahkan oleh Lesti salah satunya hasil visum. Jika nantinya terbukti, Rizky Billar terancam hukuman 5 tahun bui dan denda Rp 15 juta usai terseret kasus dugaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Nasi Goreng di Papua Rp 140 Ribu

Harga Nasi Goreng Spesial di Warung Makan di Pedalaman Papua Rp140 Ribu

Liputan6.com 2022-10-04 13:08:42
Ilustrasi Nasi Goreng Daging Sapi Credit: pexels.com/Djoan

Ada saja konten kuliner yang viral di media sosial dari waktu ke waktu. Baru-baru ini, sebuah video memperlihatkan harga menu warung makan di "pedalaman Papua" yang tengah menarik perhatian.

Dalam unggahan akun TikTok @irmamanoppo492, 22 September 2022, tampak menu makanan ala warung yang dipajang di dinding. Bersama makanan-makanan tersebut, warung itu juga menyertakan harga dari masing-masing sajian.

"Kota dolar cek," tulis si pemilik akun sebagai keterangan video berdurasi 22 detik tersebut. Di rekaman, ia juga menambahkan keterangan, "Nih senggol dong harga makanan di warung Papua pedalaman."

Dari rekaman tersebut, tempat tersebut tampak bernama "Warung Makan 99." Menu yang disajikan sebenarnya umum didapatkan di banyak warung makan di Indonesia, tapi soal harga, angkanya jauh berbeda.

Yang paling murah adalah mi rebus ditambah telur seharga Rp60 ribu. Seblak ceker dijual Rp80 ribu. Batagor kuah Rp100 ribu, sementara batagor goreng dibanderol Rp120 ribu. Yang juga dijual Rp100 ribu per porsi adalah mi goreng setan dan bakso biasa.

Sedangkan, soto ayam dengan nasi, soto babat dengan nasi, nasi goreng, bakso beranak, bakso tulang, dan bakso urat dijajakan senilai Rp120 ribu per porsi. Kemudian, makanan seharga Rp140 ribu adalah ayam lalap + nasi dan nasi goreng spesial.

Yang paling mahal adalah nasi + konro dan nasi + coto yang dibanderol Rp150 ribu per porsi. Tersedia pula ragam minuman khas warung makan di sini.


Harga Minuman Termurah

Menu minuman di warung makan ini dijual paling murah untuk Rp20 ribu, yakni kopi hitam dan minuman jeruk instan. Sementara, teh manis, kopi susu, es minuman berenergi ditambah susu, dan es cokelat instan dibanderol Rp25 ribu per gelas.

Saat artikel ini ditulis, video tersebut telah mengumpulkan 1,3 juta kali penayangan dan menarik banyak komentar. Banyak yang mengaku kaget setelah melihat harga di warung makan tersebut. "Tahu sih harga makanan di Papua mahal, tapi enggak nyangka semahal ini," tulis salah satu pengguna.

Sementara yang lain menimpali, "Anak kos di Papua gajinya harus berapa kalau harga makanannya segini." Ada juga yang berkelakar ingin buka warung di pulau di timur Indonesia tersebut.

Apa yang warganet temukan di Papua ini justru kontras dengan cerita warung makan yang jual nasi ayam seharga Rp12 ribu. Di tengah krisis kekurangan stok daging ayam di Malaysia, beberapa waktu lalu, sebuah warung makan penjaja nasi ayam di Kuala Kangsar, Perak berjanji mempertahankan harga 3,6 ringgit (sekitar Rp12 ribu-an). Keputusan ini diambil meski harga bahan baku terus meningkat.


Kisah Kontras

Dalam sebuah unggahan Facebook pada 1 Juli 2022, tanggal pemerintah Malaysia menaikkan harga pagu ayam dari 8,9 ringgit (sekitar Rp30 ribu) per kg jadi 9,4 ringgit (sekitar Rp32 ribu) per kg, kedai tersebut meyakinkan pelanggannya bahwa mereka tidak akan menaikkan harga.

Berbicara pada Sin Chew Daily, seperti dirangkum Says, pemilik warung Nasi Ayam Kuala Kangsar Hainan, Tan, mengatakan bahwa ia telah melihat banyak orang berjuang dengan masalah keuangan. Untuk meringankan beban pelanggan, ia memilih terus menjual setiap bungkus nasi ayam seharga 3,6 (sekitar Rp12 ribu).

Tan mengatakan, ia lebih suka mendapat lebih sedikit untung daripada membiarkan para pelanggannya pergi tanpa perut kenyang. Bahkan, Tan mengungkap bahwa ia sebenarnya telah mempertahankan harga nasi ayamnya tetap sama selama sembilan tahun terakhir. Pedagang itu menyebut, harga makanan di warungnya tidak akan naik meski harga ayam melejit tujuh hingga delapan kali lipat sejak pertama kali buka kios.

Ia juga menceritakan bahwa baru-baru ini, ketika harga barang mulai melonjak, ia awalnya melihat penurunan sekitar 20 persen dalam bisnis. Namun, setelah diyakinkan bahwa harga nasi ayamnya tidak akan naik, pelanggan mulai kembali dan menikmati makanannya.


Tidak Hanya Menjual Makanan Berharga Terjangkau

Warung makan Tan menjual ayam bakar, ayam potong putih, jeroan rebus, dan beberapa lauk lain. Bersama istrinya, mereka mulai berjualan pukul 8 pagi setiap hari, kecuali hari Selasa, sampai semua makanan terjual habis.

Selain menjual nasi ayam dengan harga terjangkau, Tan juga membagikan 100 hingga 150 bungkus nasi ayam setiap dua bulan sekali pada mereka yang membutuhkan. Menurut halaman Facebook warung makan itu, ia sering mengunggah tentang inisiatif dan mendorong siapa saja yang membutuhkan makanan untuk datang ke warungnya untuk mengklaim paket makanan secara cuma-cuma.

"Jika merasa ada teman di sekitar Anda yang membutuhkan nasi bungkus, Anda bisa mempersilakannya (pergi) ke warung Nasi Ayam Kuala Kangsar Hainan untuk mengambilkan nasi ayam, apapun rasnya! Terima kasih pada para donatur anonim atas cinta dan dukungannya," ungkapnya dalam sebuah unggahan, baru-baru ini.

Tindakan Tan telah mengumpulkan berkah dari banyak pelanggan dan warganet. Tidak sedikit yang memuji kebaikannya setelah kisahnya terungkap luas.

Salah satu pelanggannya memberi tahu Sin Chew Daily bahwa selain murah, nasi ayamnya juga enak. "Tan benar-benar membantu orang lain karena kebaikan hatinya," kata yang lain memuji pria itu, sementara yang lain berkomentar, "Walau untung dari berjualan nasi ayam tidak seberapa, ia tetap beramal dan jadi contoh yang baik bagi para pengusaha lain."